Ad
Scroll untuk melanjutkan membaca

Belajar kepada Ombak

Pemandangan ombak yang datang ke tepi pantai dengan langit tenang, melambangkan ketekunan dan pelajaran hidup dari alam.
Di tepi pantai ini, aku kembali belajar pada ombak: jatuh bukan akhir, hanya jeda untuk pulang dengan hati yang lebih tenang. (SASTRANUSA)

SASTRANUSA - Ada hari ketika langkahku membawa diri ke tepi pantai, bukan untuk berlibur, tetapi untuk mendengar sesuatu yang lebih dalam. Ombak datang silih berganti, seolah membawa pesan yang telah disimpan bumi berabad-abad lamanya. Saat itu, aku merasa seperti murid yang duduk dalam kelas, sementara laut menjadi guru yang tak pernah berhenti berbicara.

Ketika memandang luasnya samudra, aku teringat kalimat lama dari seorang bijak di Madura: "ajãr ka ombã', rammi, kén dãlem" (Belajar ke ombak, ramai tapi dalam). Hari ini kata-kata itu muncul kembali, seolah menegur pelupaanku sendiri. Di antara suara air dan angin, aku menyadari betapa nasihat itu sesederhana ombak. Yakni tampak biasa, tapi mengandung kedalaman yang sulit dijelaskan.

Ombak Mengajarkan Kesabaran dan Ketekunan

Saat memperhatikan gelombang yang datang tanpa henti, aku melihat bagaimana konsistensi bekerja dalam diam. Ombak tidak pernah marah ketika harus kembali ke garis pantai yang sama, bahkan meski berkali-kali runtuh menjadi buih. Tetap datang lagi, membawa tenaga baru, tekad baru, dan harapan baru yang terlihat sederhana, tetapi penuh makna.

Kadang dalam hidup, sebuah tujuan terasa begitu jauh, seperti pulau kecil di tengah samudra tak bertepi. Namun gelombang mengingatkan bahwa langkah-langkah kecil yang berulang tetap berharga. Bahkan gerakan yang tampak ringan mampu mengikis karang keras, mengubah bentuk pantai, dan menciptakan lanskap kehidupan yang baru.

Kesabaran bukan hanya tentang menunggu keberhasilan, tetapi menerima proses yang menyertai perjalanan menuju tujuan. Sama seperti laut yang tidak tergesa-gеsa, kita pun bisa belajar hadir dalam setiap detik tanpa kehilangan arah. Ombak memberi pelajaran bahwa hasil dapat dicapai bila kita berani bertahan dan terus bergerak meski pelan.

Belajar dari Ketundukan Ombak kepada Waktu

Tak satu pun ombak yang sama dengan sebelumnya, tetapi semuanya tetap menjadi bagian dari ritme yang tertata. Mereka menunjukkan bahwa perubahan adalah keniscayaan, dan tidak ada yang benar-benar tetap. Bahkan laut yang tampak tenang, menyimpan arus dalam yang terus bergerak meski mata manusia tidak melihatnya.

Dalam kehidupan, perubahan sering kali datang tanpa persiapan. Kadang terasa menyakitkan, seperti badai yang membuat perahu kehilangan arah. Namun laut mengajari bahwa setelah badai, permukaan air perlahan kembali tenang. Ketundukan pada waktu bukan berarti menyerah, tetapi percaya bahwa perjalanan hidup memiliki musimnya sendiri.

Dari kita belajar, bahwa menerima perubahan membuat hati lebih ringan, karena tak lagi terpaut pada apa yang tak dapat kita kendalikan. Ombak menunjukkan bahwa keberanian sejati bukan berada di puncak kekuatan, tetapi dalam kemampuan melepaskan dan tetap bergerak maju.

Diam di antara Riuh: Seni Mendengarkan Diri

Meski laut penuh suara, ada keheningan yang merayap jauh di dalam dasarnya. Ombak mengajarkan bahwa keramaian bukan selalu tanda kehidupan paling nyata. Kadang, justru dalam keheningan terdalam, kita menemukan suara yang paling jujur: suara hati sendiri.

Sering manusia memilih melarikan diri dari sunyi karena takut pada apa yang akan muncul di dalam benak. Padahal, dalam sunyi terletak kesempatan untuk memahami diri, meninjau arah, serta menata ulang langkah yang telah terlanjur terburu. Ombak mengizinkan kita berhenti sejenak untuk bertanya, bukan hanya ke dunia, tetapi pada batin yang paling tersembunyi.

Dalam jeda itu, kita memahami bahwa hidup bukan perlombaan, melainkan perjalanan yang harus dinikmati. Ombak tidak tergesa mencapai tujuan, semacam tahu setiap gelombang memiliki waktunya. Dan di sanalah pelajaran penting tertulis: hidup tidak perlu terburu, cukup dijalani dengan kesadaran penuh.

Kesadaran Bahwa Semua Akan Kembali

Di antara buih dan air yang berjuta kali terhempas, ada satu pesan sederhana: segala sesuatu akan kembali pada asalnya. Air yang memercik ke udara akan jatuh menjadi bagian dari samudra lagi. Apa yang datang akan pergi, dan apa yang pergi akan menemukan jalannya untuk kembali.

Dalam hidup, banyak hal terjadi tanpa penjelasan. Ada pertemuan, kehilangan, keberhasilan, atau kekecewaan yang membentuk jiwa menjadi lebih matang. Laut mengingatkan, bahwa semua adalah bagian dari siklus yang lebih besar daripada pemahaman manusia. Tidak ada yang sia-sia, semuanya memiliki tempat dalam perjalanan jiwa.

Mengakui ketidakterbatasan hidup membuat diri lebih rendah hati, karena kita sadar bahwa ada kekuatan yang lebih besar bekerja di balik segala peristiwa. Ombak, dengan kesederhanaannya, membawa pesan bahwa hidup adalah bagian dari alur semesta yang luas, dan tugas kita adalah menjalaninya dengan hati penuh syukur.

Hari ini ketika aku berjalan meninggalkan pantai, ada rasa haru yang tinggal di dalam dada. Kalimat dari orang bijak Madura itu kini terasa lebih hidup dibanding dulu ketika pertama kali kudengar. Ilmu yang tampak kecil itu berubah menjadi cahaya yang menuntun langkah. Seolah memahami arti keteguhan dan keikhlasan.

Dan aku tahu, bahwa, sebagian dari diriku akan selalu kembali ke laut. Bukan hanya untuk melihat ombak, tetapi untuk mengingat bahwa hidup dapat jatuh berkali-kali dan tetap layak dilanjutkan.*(S/N)

Baca Juga
Tag:
Posting Komentar