![]() |
| Foto oleh Locies — Pixabay |
SASTRANUSA - Di tengah keramaian pasar modern yang dipenuhi cahaya neon dan suara toko elektronik, seorang pemuda berusia sembilan belas tahun berhenti di depan pedagang yang menjual mainan wayang golek dari Sumatera Barat.
Mata pemuda itu terpaku pada wajah boneka yang diukir dengan teliti, berwarna-warni dan penuh makna yang pemuda itu tidak pahami sepenuhnya. Mungkin ini saat pertama pemuda itu merasakan getaran yang berbeda, sesuatu yang lebih dalam dari konten sosial yang ia tonton setiap hari.
Bumi Nusantara adalah perkampungan budaya yang kaya dengan ribuan tradisi, bahasa, dan seni yang tumbuh di setiap sudut pulau. Gen Z di wilayah ini tumbuh dengan keanekaragaman itu di sekitarnya, namun seringkali mereka lebih tertarik dengan tren global daripada kekayaan yang ada di depan mata. Mereka tahu lebih banyak tentang lagu-lagu populer di luar negeri daripada lagu daerah yang dibawa nenek moyang.
Budaya bukan sekadar warisan masa lalu yang hanya diingat saat hari besar. Warisan ini adalah benang yang menyatukan berbagai suku dan ras menjadi satu bangsa yang kuat.
Pasalnya melalui tarian tradisional, puisi lokal, dan adat istiadat, Gen Z Nusantara dapat menemukan identitas yang khas, akar yang membuat mereka tahu dari mana asal usulnya.
Ketika generasi muda ini mulai menyadari nilai itu, mereka mulai mencari cara untuk menyatukan warisan lama dengan gaya hidup saat ini. Beberapa membuat video tentang upacara adat dengan musik modern, yang lain merancang pakaian dengan motif batik atau tenun yang dipadukan dengan desain terkini. Semua langkah itu adalah bukti bahwa budaya tidak perlu ketinggalan zaman, melainkan dapat berkembang dan tetap segar.
Jadi, apakah Gen Z Nusantara butuh budaya? Jawabannya adalah ya, dengan segala keinginan hati! Tanpa budaya, mereka hanyut di lautan tren tanpa peta yang jelas.
Dengan budaya, mereka memiliki kekuatan, makna, dan kebanggaan akan tanah air yang membuat hidup lebih berwarna dan bermakna.*(S/N)
