![]() |
| Aku menulis tentang istiqomah ini sebelum memulai beraktivitas (SASTRANUSA) |
SASTRANUSA - Ada masa ketika perjalanan terasa panjang, dan langkah terasa berat seperti menanggung beban yang tak terlihat. Namun, jauh di dalam hati, ada bisikan lembut bahwa sesuatu akan tumbuh dari ketekunan yang dijalani hari demi hari. Keyakinan itu sederhana, namun kuat: suatu saat nanti, istiqomah akan membuahkan hasil yang setimpal. Bukan karena keberuntungan, tetapi karena usaha yang terus dihidupkan.
Sering kali, yang membuat seseorang berhenti bukanlah kegagalan, melainkan rasa jenuh saat hasil belum terlihat. Tetapi hidup mengajarkan bahwa yang tumbuh perlahan justru memiliki akar paling kuat. Dan istiqomah adalah salah satu bentuk pertumbuhan itu; diam, namun bekerja dalam senyap.
Maka perjalanan ini bukan hanya tentang mencapai tujuan, tetapi tentang menjadi manusia yang lebih utuh dalam prosesnya. Dan di titik ini, barulah kita memahami: istiqomah bukan kata, melainkan laku.
Makna Istiqomah yang Sering Disalahpahami
Kadang, orang memahami istiqomah sebatas penjelasan panjang yang diucapkan dengan banyak teori dan istilah. Bahkan ada yang membahasnya berjam-jam di warung kopi seolah hal adalah konsep yang selesai dengan kata, bukan tindakan.
Namun sebenarnya, istiqomah jauh lebih nyata daripada teori; Istiqomah hadir dalam langkah kecil yang dilakukan terus-menerus meski tidak ada yang melihat.
Istiqomah membutuhkan latihan. Ia memerlukan ruang bagi kesalahan dan perbaikan. Tidak jarang, seseorang jatuh dalam prosesnya, lalu bangkit lagi, mengulang lagi, hingga akhirnya pola itu menjadi kebiasaan. Dan dari kebiasaan itulah lahir karakter, lalu keyakinan yang matang.
Dalam perjalanan ini, kesabaran menjadi sahabat terdekat. Karena istiqomah bukan tentang siapa yang paling cepat mencapai tujuan, namun siapa yang tetap berjalan meski jalannya sunyi.
Istiqomah adalah Gerak, Bukan Menunggu
Ada yang mengira istiqomah berarti menunggu waktu terbaik atau keadaan yang ideal. Padahal, istiqomah selalu bersanding dengan tindakan. Tidak harus besar, tidak harus sempurna, namun harus dimulai dan dijalankan. Karena gerak sekecil apa pun tetap lebih baik daripada diam sambil berteori.
Mungkin langkah itu lambat, bahkan tampak tidak berarti. Namun langkah yang konsisten akan membentuk arah. Dan arah yang dijaga dengan tekun akan membawa seseorang lebih dekat pada jawaban yang dicari. Di sanalah letak kekuatan istiqomah: menggerakkan, bukan menunda.
Pada akhirnya, kita akan sadar bahwa menunggu tanpa bertindak hanyalah angan-angan. Tetapi satu langkah nyata, betapapun sederhana, adalah wujud dari keberanian.
Pelajaran dari Langkah Kecil
Setiap perjalanan dimulai dengan satu langkah. Dan langkah itu, meskipun kecil, memiliki makna ketika dilakukan dengan tujuan yang jelas. Istiqomah tidak pernah menjanjikan jalan yang mudah, tetapi selalu memberikan ruang untuk bertumbuh.
Mungkin hari ini terasa berat, namun jika seseorang terus bergerak, maka hari esok akan lebih dekat dengan perubahan. Dan suatu saat akan ada titik ketika seseorang melihat ke belakang dan berkata, "Ternyata aku sudah sejauh ini."
Di situlah rasa syukur tumbuh, bukan karena hasil semata, tetapi karena proses panjang yang dilalui dengan ketekunan.
Antara Bicara dan Melangkah
Pada akhirnya, ada perbedaan besar antara seseorang yang hanya membicarakan istiqomah dengan seseorang yang benar-benar menjalaninya. Kata-kata bisa menjelaskan, tetapi langkah yang teguh memberikan bukti. Dan di antara keduanya, tentu lebih bermakna mereka yang melangkah satu langkah daripada mereka yang berbicara seribu kalimat.
Karena istiqomah adalah tentang konsistensi, bukan sensasi. Ia tidak membutuhkan panggung, tidak perlu aplaus, dan tidak harus dipuji. Ia hanya membutuhkan kesungguhan. Satu langkah setiap hari, satu usaha setiap waktu, hingga akhirnya menjadi jalan hidup.
Dan tanpa terasa, dari perjalanan panjang itu lahirlah seseorang yang lebih matang, lebih tenang, dan lebih mengenal dirinya sendiri.
Keindahan dari Kesabaran
Setiap orang membawa kisahnya masing-masing, dan istiqomah selalu menjadi bagian dari perjalanan spiritual dan mental manusia. Pasalnya hal ini mengajarkan bahwa, perubahan bukan sesuatu yang terjadi tiba-tiba, tetapi membutuhkan kehadiran, kesabaran, dan keteguhan.
Maka ketika hati mulai ragu, ingatlah bahwa istiqomah tidak menuntut kesempurnaan, melainkan hanya meminta seseorang untuk tidak berhenti. Karena selama langkah itu masih ada, harapan masih hidup.
Dan pada waktunya, seseorang akan memahami: yang terpenting bukan seberapa cepat sampai, tetapi seberapa tulus perjalanan itu dijalani.*(S/N)
