![]() |
| Secangkir kopi hitam di Warung Guo, Desa Tebuwung, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik. Suasana terang dan rimbun menciptakan nuansa tenang, seakan waktu berjalan pelan di sudut desa ini. (SASTRANUSA) |
SASTRANUSA - Warung Guo masih sepi pagi menjelang siang ini, dan hanya ada suara langkah kucing kampung yang sesekali melewati pintu kayu yang sudah tua. Aku duduk di kursi panjang sambil menikmati secangkir kopi hitam panas yang aromanya menyeruak ke ruang kecil itu dengan tenang. Di luar, langit masih abu-abu dan matahari belum benar-benar matang di antara dahan pepohonan yang berdiri di pinggir jalan desa.
Waktu terasa seperti melambat, dan udara pagi mengantar kesunyian yang jarang ditemukan pada hari-hari lain saat pelanggan mulai memenuhi meja. Kemudian aku memandangi gelas kopi itu, dan pikiran ini melayang pada satu ide sederhana: roda kehidupan tidak akan berputar jika tidak ada yang mengayuhnya. Semua orang ingin maju, namun tidak semua orang bersedia melakukan kayuhan pertama yang sering kali paling berat.
Dalam hening yang nyaris sakral ini, aku menyadari bahwa hidup bukan sekadar menunggu kesempatan datang. Artinya, kendatipun takdir selalu bermain dalam kisah manusia, usaha tetap menjadi kunci agar sesuatu bergerak ke arah yang lebih baik. Dan seperti sepeda tua yang terparkir di depan warung ini, yakni tidak akan ke mana-mana jika tidak ada tenaga yang mendorongnya.
Mengayuh atau Diam di Tempat
Kadang manusia lupa bahwa kehidupan bukan panggung yang disiapkan rapi untuk mereka nikmati tanpa usaha. Ketika seseorang berhenti bergerak, maka dunia pun seolah berhenti memperhatikannya, meskipun waktu terus berjalan. Dan tanpa disadari, diam di tempat bisa menjadi pilihan yang jauh lebih berat daripada bergerak dengan ragu.
Kalau seseorang memilih mengayuh meskipun perlahan, maka roda kecil dalam dirinya akan mulai bergerak. Kemudian rasa percaya diri tumbuh, dan ia mulai menyadari bahwa perjalanan tidak pernah menuntut kesempurnaan. Serta proses inilah yang membuat orang memahami makna perkembangan yang sesungguhnya. Karena bergerak, walau pelan, tetap lebih baik daripada tenggelam dalam stagnasi.
Namun banyak orang memilih berhenti karena takut gagal atau takut dinilai. Padahal, dunia tidak pernah memberi jaminan bahwa diam bisa melindungi seseorang dari luka. Dan justru keberanian untuk memulailah yang sering kali membuka pintu menuju arah baru yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Karena hidup yang tidak digerakkan, hanya akan menjadi cerita yang tidak pernah selesai ditulis.
Kayuhan Pertama Adalah yang Paling Berat
Setiap perjalanan selalu dimulai dengan langkah kecil yang kadang dianggap sepele. Dan sering kali langkah itu membutuhkan keberanian lebih besar dari langkah berikutnya yang datang setelahnya. Karena rasa takut, ragu, dan ketidakpastian biasanya menghantui pikiran sebelum seseorang memulai.
Namun setelah seseorang memutuskan untuk memulai, maka ritme akan menemukan dirinya sendiri. Kemudian usaha demi usaha berubah menjadi kebiasaan, dan kebiasaan perlahan menjadi bagian identitas. Kehidupan pun bergerak lebih ringan ketika seseorang sudah terbiasa mengayuh meskipun jalannya menanjak.
Kendatipun begitu, mengayuh bukan berarti mengejar kehidupan dengan terburu-buru. Karena ada waktu untuk bergerak, dan ada waktu untuk berhenti sejenak sambil menikmati udara seperti pagi ini di Warung Guo. Perlu aku garis bawahi, yakni, keseimbangan antara bergerak dan berhenti inilah yang membuat perjalanan terasa lebih manusiawi.
Hidup Tidak Bisa Diserahkan Pada Kebetulan
Banyak orang berharap keajaiban datang tanpa usaha. Dan banyak pula yang berdoa agar pintu rezeki terbuka tanpa bekerja keras. Namun kehidupan tidak selalu memberi hadiah pada mereka yang hanya menunggu. Karena setiap doa membutuhkan tindakan, sama seperti setiap pintu membutuhkan seseorang yang mengetuknya.
Jika roda kehidupan hanya didiamkan, maka ia akan berkarat dan kehilangan tenaga. Kemudian waktu akan berjalan tanpa memberi perubahan apa pun. Sementara hidup, hanya berubah ketika seseorang berani mencoba sesuatu yang berbeda. Hal. Itu dikarenakan keberanian untuk memulai, lebih bernilai daripada mimpi yang tidak pernah diwujudkan.
Serta perjalanan hidup yang paling indah sering kali dimulai dari satu keputusan sederhana: bergerak. Bukan untuk membuktikan diri kepada orang lain, tetapi untuk membuktikan bahwa seseorang layak hidup dengan arah dan tujuan yang ia pilih sendiri.
Ngopi Hari ini
Qira'at Jumatan mulai terdengar dari kejauhan dan suara itu memantul lembut di dinding warung yang masih sunyi. Aku menghabiskan sisa kopi perlahan, dan rasanya seperti mengikat seluruh perenungan yang baru saja tumbuh di kepala. Dan di momen itu aku tahu, bahwa hidup ini terlalu berharga untuk hanya didiamkan.
Kemudian aku berdiri, mengambil napas panjang, dan merasakan hangatnya hari yang mulai hidup di desa kecil itu. Karena seperti roda sepeda, hidup ini harus dikayuh, meskipun pelan, meskipun ragu, meskipun belum tahu ke mana arahnya.
Akhirnya aku mengerti, bahwa bukan dunia yang menunggu kita bergerak, tetapi hidup yang menunggu kita mengayuhnya. Artinya, selama seseorang berani memulai, maka roda kehidupan akan terus berjalan.*(S/N)
