![]() |
| Gambar oleh Iqbal Nuril Anwar dari Pixabay |
SASTRANUSA - Tradisi Jawa menyimpan banyak lapisan makna, termasuk keyakinan tentang weton yang sering dijadikan penanda watak. Di tengah kehidupan yang berubah cepat, sebagian orang tetap menjadikannya arah dalam menentukan arah. Sebagian orang mungkin melihat bagaimana keyakinan itu kadang menumbuhkan kekuatan sekaligus memunculkan persoalan sosial yang tidak disadari.
Dalam beberapa kisah, weton diperlakukan seperti penentu nasib yang mampu membelah kemungkinan masa depan. Di sejumlah keluarga, keputusan penting justru tertahan karena hitungan yang dianggap sakral. Kemudian mereka menemukan, bahwa kondisi seperti itu sering menimbulkan dilema yang membuat hubungan antaranggota terasa renggang.
Ada pula cerita saat seseorang ingin melangkah ke jenjang baru, namun restu tertunda karena takaran hari lahir yang dinilai kurang serasi. Di ruang terdalam kehidupan, keraguan muncul ketika suara batin dikalahkan oleh angka. Banyak orang yang melihat bagaimana benturan antara keinginan personal dan aturan tradisi menjadi sumber ketegangan yang tak selalu tampak.
Pemahaman yang berlebihan terhadap weton, sering memicu prasangka yang mengendap dalam percakapan sehari-hari. Di beberapa lingkungan, seseorang mendapat penilaian sebelum sempat menunjukkan karakter sejatinya. Mungkin kamu pernah menyaksikan, bagaimana prasangka itu berkembang menjadi jarak emosional yang sulit dijembatani.
Kemudian hubungan sosial, juga terpengaruh saat hitungan dianggap lebih valid dibandingkan dialog yang penuh empati. Di tengah perbedaan pendapat, keputusan sering berputar pada angka yang dianggap membawa keberuntungan. Tidak sedikit yang merasakan bagaimana pola pikir seperti itu mengurangi ruang untuk mendengar pengalaman nyata dari orang lain.
Konflik keluarga dapat tumbuh saat keyakinan tentang weton menutup pintu musyawarah. Di beberapa cerita, kehangatan rumah berubah menjadi perdebatan yang berkepanjangan. Nah dari ini bisa diterka, bahwa perselisihan seperti ini sering berakar dari kekhawatiran mendalam terhadap hal-hal yang dianggap menentukan takdir.
Risiko terbesar muncul ketika keputusan hidup sepenuhnya ditentukan oleh weton tanpa mempertimbangkan nalar serta kondisi aktual. Di beberapa situasi, seseorang kehilangan peluang yang sudah di depan mata karena kepercayaan yang terlalu kaku. Dari ini bisa terlihat bagaimana pilihan seperti itu meninggalkan penyesalan yang hadir terlambat.
Pada akhirnya, tradisi tetap memiliki tempat yang layak dihargai selama diimbangi dengan pemahaman yang bijak. Di tengah perjalanan hidup yang luas, setiap manusia membutuhkan ruang untuk menimbang pilihan berdasarkan akal sehat serta pengalaman langsung. Tak bisa ditampik, bahwa harmoni dapat tercapai ketika kearifan lama berjalan berdampingan dengan realitas zaman.*(S/N)
