![]() |
| Gambar oleh Mufid Majnun dari Pixabay |
SASTRANUSA - Rutinitas pendidikan langgar di Madura kerap menghadirkan gambaran tentang ketekunan yang tumbuh dari ruang sederhana yang tetap menjaga tradisi belajar. Ritme harian para santri terasa membentuk perjalanan batin yang menyatu dengan disiplin ilmu yang diwariskan turun temurun.
Suasana langgar pada siang hari memperlihatkan harmoni antara ketertiban dan keheningan yang menjadi ciri khas lingkungan tradisional. Dari tempat inilah perjalanan panjang pengkajian dimulai dan dijalankan dengan kesadaran penuh terhadap makna keberkahan.
Kegiatan harian dimulai setelah Dhuhur sekitar pukul 13.00 hingga 14.00 Waktu Indonesia Barat (WIB) dengan membaca Alquran menggunakan metode pengajaran kuno yang langsung dipandu oleh ustadz dan Kiyai. Cara belajar tersebut menghadirkan hubungan yang hangat antara pengasuh dan santri melalui praktik yang diawasi secara cermat.
Setelah itu pelajaran Madrasah berlangsung 15.30 WIB yang meliputi fikih Fathul Qorib bahasa Arab hingga nahwu sorrof sebagai dasar pemahaman kitab. Setiap materi diberikan melalui pola terstruktur yang membantu para santri menajamkan logika bahasa.
Di tengah jadwal tersebut sejenak waktu digunakan untuk melaksanakan shalat Asar berjamaah sehingga konsentrasi kembali terjaga. Rutinitas ibadah menjadi jeda yang memberi ruang bagi ketenangan sebelum pelajaran berikutnya dimulai.
Waktu sore diisi dengan pengkajian kitab lanjutan yang berlangsung hingga menjelang Magrib sehingga para santri dapat memperdalam materi Madrasah melalui teks yang lebih kompleks. Pembiasaan ini membuat pemahaman mereka terhadap literatur klasik tumbuh secara bertahap.
Menjelang malam para santri kembali ke rumah untuk beristirahat dan kemudian hadir lagi sebelum Magrib untuk mengikuti shalat berjamaah. Seusai ibadah itu para santri membaca Alquran hingga adzan Isyak mengumandang.
Pelajaran kitab kembali berlangsung setelah Isyak dengan materi wajib berupa nahwu sorrof serta kitab lain seperti tafsir Jalalain yang mengikuti jadwal tertentu. Kegiatan ini kerap berlangsung hingga 22.00 WIB.
Pada malam tertentu beberapa santri memilih menginap di langgar untuk menunggu subuh sehingga waktu dapat dimanfaatkan untuk menjaga kontinuitas belajar. Kebiasaan itu menjadi bagian dari kedisiplinan yang tumbuh secara alami dalam lingkungan tradisional.
Saat subuh berjamaah selesai Alquran kembali dibaca hingga mendekati pukul 05.00 pagi dan dilanjutkan dengan aktivitas ngamri barokah atau membersihkan langgar serta halamannya. Setelah itu para santri pulang dan bersiap berangkat sekolah formal sekitar pukul 06.30 WIB.
Sepulang sekolah kegiatan rutin langgar kembali dijalankan sehingga lingkaran pembiasaan belajar tetap terjaga dari pagi hingga malam. Bahkan setelah berkeluarga beberapa mantan santri masih melanjutkan pengkajian kitab pada waktu tertentu karena tradisi tersebut telah menjadi bagian dari kehidupan.
Pemateri pengajaran kitab biasanya disampaikan oleh Kiyai dan kadang dilanjutkan oleh ustadz yang menerima amanah untuk mengajar sehingga kesinambungan ilmu tetap terjaga. Melalui pola belajar seperti ini langgar menjadi ruang yang menjaga harmoni antara kedisiplinan pengetahuan dan keteduhan spiritual yang hidup dalam masyarakat Madura.*(S/N)
