VIRAL

Film Sukma Menceritakan Tentang Horor Keluarga, Teror Gaib, dan Konflik Psikologis

Fim Sukma
Aktor Film Sukma Luna Maya sedang Bercermin/Instagram/@filmsukma

SASTRANUSA – Sinema horor sudah menjadi bagian panjang dari industri film Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, genre ini semakin berani menghadirkan kombinasi antara teror supranatural dengan kisah yang berlapis. Salah satu yang sedang menyita perhatian penonton adalah film Sukma. Karya ini tidak hanya memunculkan rasa takut melalui penampakan mistis, melainkan juga merangkai drama psikologis yang menekan. Kancah SASTRANUSA tahu, lewat siapa batin penonton diaduduk di sinema ini? Ya, Betul, melalui sosok Arini yang dimainkan artis top Luna Maya, penyimak diajak menyaksikan perjalanan emosional penuh luka, obsesi, dan perlawanan terhadap ambisi kelam.

Sejak menit awal, Sukma sudah menunjukkan perbedaan dengan horor kebanyakan. Alih-alih menampilkan kejutan mendadak, ternyata cerita dibuka melalui drama rumah tangga yang menyisakan luka mendalam. Dengan egitu penonton dibuat memahami kehidupan Arini yang baru saja berpisah dari Hendra, lalu mencoba membangun kembali hidup bersama keluarga barunya. Dari situ, kisah perlahan menuntun penonton masuk ke pusaran misteri yang semakin mencekam.

Awal Cerita, Harapan yang Mulai Retak

Film Sukma
salah satu adegan di Film Sukma/Instagram/@filmsukma

Kehidupan baru Arini dimulai ketika ia pindah ke sebuah rumah tua di sebuah kota kecil. Bersama anak dan suami barunya, Pram, yang diperankan Oka Antara, Arini ingin menata ulang masa depan setelah kegagalan rumah tangga dengan Hendra yang diperankan Fedi Nuril.

Pada mulanya, rumah itu terasa menenangkan. Dinding-dinding tua seperti menyimpan janji baru yang bisa meredakan luka lama. Namun ketenteraman itu cepat berubah. Ketika Arini dan keluarganya menemukan ruang tersembunyi, mereka mendapati sebuah cermin kuno yang memancarkan aura aneh sejak pertama kali terlihat.

Penemuan tersebut justru menjadi awal dari gangguan yang terus menghantui. Kejadian ganjil mulai bermunculan dan perlahan merampas kenyamanan keluarga. Dari sinilah penonton mulai diseret ke suasana penuh kengerian, seolah rumah tersebut menyimpan rahasia gelap yang tak pernah tenang.

Teror yang Mengintai dan Misteri Cermin Tua

Bagian tengah film memperlihatkan ketegangan yang semakin intens. Arini dan keluarganya mulai dihantui suara asing, bayangan samar di dalam cermin, hingga penampakan menakutkan yang semakin nyata. Gangguan itu tidak hanya menimbulkan ketakutan, melainkan juga mengikis kewarasan.

Dalam situasi genting itu, hadir sosok Ibu Sri yang dimainkan Christine Hakim. Karakternya digambarkan sebagai wanita tua penuh rahasia yang memahami asal-usul cermin. Tak hanya itu, kehadirannya dianggap menambah karene dia memiliki tujuan gelap, yakni melakukan ritual penukaran jiwa atau ngalih raga agar bisa merebut tubuh Arini yang masih muda.

Ketegangan semakin menguat karena cermin tersebut ternyata bukan sekadar benda antik. Simbolisme yang disematkan menjadikan cermin sebagai refleksi dari obsesi manusia terhadap kecantikan abadi dan ketakutan menua. Dari titik ini, cerita Sukma tidak hanya menawarkan horor, tetapi juga mengajak penonton merenung tentang ambisi yang tak pernah puas.

Kehadiran Hendra yang Menambah Beban Psikologis

Film Sukma
Ilustrasi adegan di Film Sukma/Instagram/@filsukma

Teror supranatural bukan satu-satunya masalah. Hendra, mantan suami Arini, muncul kembali dengan kondisi mental yang tidak stabil setelah perceraian. Kehadirannya membawa trauma baru yang menekan kehidupan Arini.

Dari itu penonton bisa merasakan betapa Arini terjepit. Di satu sisi, ia berusaha melindungi keluarga barunya dari ancaman gaib. Di sisi lain, masa lalu kembali menghantui melalui Hendra yang masih membawa luka batin. Lapisan konflik ini menambah bobot emosional film, membuat kisah tidak hanya tentang horor, melainkan juga tentang perjalanan batin seorang perempuan menghadapi masa lalu dan masa kini sekaligus.

Puncak Ketegangan dan Pertarungan Jiwa

Klimaks terjadi ketika ritual ngalih raga yang direncanakan Ibu Sri mencapai puncaknya. Adegan ini digarap dengan intensitas tinggi, memperlihatkan perjuangan Arini melawan kekuatan gaib sekaligus ketakutannya sendiri. Ia harus mempertahankan jiwanya dan menjaga keluarga agar tidak binasa.

Pertarungan tersebut menjadi simbol perlawanan manusia terhadap ambisi gelap yang ingin menguasai hidup. Tentu, penonton disuguhi adegan menegangkan yang tidak hanya memacu adrenalin, tetapi juga memunculkan empati.

Menjelang akhir, film menghadirkan plot twist mengejutkan. Pengungkapan itu, tentu, membuat penonton mengubah cara pandang terhadap cerita yang sudah dibangun sejak awal. Apa yang diyakini jelas, ternyata menyimpan sisi lain yang baru terbuka di menit terakhir.

Film Sukma Lampaui Film Horor

Di balik kengerian, Sukma menyampaikan refleksi tentang kehidupan. Obsesi terhadap kecantikan dan rasa takut menua menjadi tema penting yang membungkus jalan cerita. Cermin dalam film tidak hanya alat horor, tetapi juga simbol dari ambisi manusia yang kerap melampaui batas.

Perpaduan antara teror mistis dan drama emosional menjadikan film ini pengalaman sinematis yang berbeda. Penonton tidak sekadar diajak berteriak karena ketakutan, melainkan juga diajak berpikir tentang sisi gelap dalam diri manusia.

Sukma, berhasil menunjukkan bahwa horor Indonesia mampu berkembang dengan cerita yang lebih matang. Dengan karakter kuat, simbolisme yang tajam, dan konflik emosional yang menyayat, film ini memberikan tontonan yang tidak mudah dilupakan.

Sukma menyajikan teror yang menghantui. Untuk penikmat drama, film ini menghadirkan lapisan konflik psikologis yang menyentuh. Perpaduan keduanya membuat Sukma layak menjadi salah satu karya horor modern terbaik di Indonesia. Bagi pecinta film horor, SASTRANUSA saran agar menonton secara langsung dan nikmati keseruannya.*