Anak Nakal Pilih Camp Militer atau Pesantren Efektif?

Anak Nakal Pilih Camp Militer atau Pesantren Efektif?
Anak Nakal Pilih Camp Militer atau Pesantren Efektif? (Ilustrasi)

SastraNusa.id - Kenakalan anak kini semakin menjadi perhatian serius. Kamu tidak bisa lagi hanya mengandalkan sabar dan nasehat biasa. Di era digital, gadget seperti teman utama anak-anak, sementara orang tua sering dianggap pengganggu. Larangan dianggap tantangan dan nasehat malah berbalik jadi ancaman. 

Saat perilaku anak mulai susah dikendalikan, seperti melawan, membolos, bahkan berbuat kriminal ringan, banyak orang tua dan sekolah kebingungan. Maka muncul dua ide ekstrem yang kini ramai dibicarakan, yakni mengirim anak nakal ke camp militer atau ke pesantren.

Namun perlu kamu tahu, kedua gagasan ini masih sebatas rencana yang belum benar-benar dijalankan. Diskusi tentang kelebihan dan kekurangan keduanya tetap penting agar keputusan yang diambil nanti benar-benar efektif.

Camp Militer Sebagai Solusi Keras yang Sedang Digagas

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, tengah menggagas ide pengiriman anak nakal ke barak militer. Dengan menggandeng Kodim 0619 Purwakarta, rencananya anak-anak yang bermasalah secara perilaku akan dilatih kedisiplinan, mental kuat, dan tanggung jawab ala militer.

Kamu mungkin sudah melihat bagaimana kedisiplinan militer mampu membentuk karakter yang kuat. Dalam rencana ini, camp militer dianggap sebagai ruang pendadaran yang dibutuhkan agar kesadaran anak bangkit.

Meski demikian, banyak pihak juga mempertanyakan efektivitas pendekatan keras ini untuk anak-anak yang masih dalam proses pencarian jati diri. Komisi Perlindungan Anak Indonesia bahkan menyarankan agar gagasan ini dikaji ulang terlebih dahulu. Kekhawatiran utama adalah risiko trauma yang bisa timbul akibat metode militeristik.

Pesantren Sebagai Pilihan Pendekatan Lembut yang Dipertimbangkan

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur, Taj Yasin Maimoen, mengusulkan alternatif lain. Ia memilih pesantren sebagai tempat pembinaan anak nakal.

Pesantren di sini tidak hanya tempat belajar agama, tapi ruang pendewasaan jiwa yang menekankan nilai-nilai sosial dan moral. Anak-anak diajarkan cara menghormati orang tua, mengendalikan amarah, dan berperilaku sesuai norma melalui teladan dan doa, bukan bentakan.

Taj Yasin menegaskan bahwa kondisi masyarakat Jawa Timur tidak seperti negara dalam keadaan perang, sehingga pendekatan lembut dan berbasis budaya serta agama lebih tepat untuk diterapkan.

Perbandingan Efisiensi dari Dua Ide yang Masih Dalam Tahap Rencana

Jika camp militer berjalan, perubahan yang terjadi mungkin akan cepat terlihat. Anak yang biasa bangun siang akan dipaksa bangun pagi, yang suka membantah harus menurut. Namun kamu juga perlu waspada bahwa perubahan cepat ini bisa jadi hanya di permukaan saja dan mudah hilang setelah anak kembali ke lingkungan lama.

Pesantren membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membentuk karakter, tapi perubahan yang lahir dari dalam hati biasanya lebih bertahan lama. Anak tidak hanya takut dihukum, tapi mulai mengerti tanggung jawab dan nilai-nilai kehidupan.

Karena keduanya masih sebatas rencana, kamu perlu mempertimbangkan bahwa tidak ada pendekatan yang sempurna. Setiap anak berbeda dan memerlukan cara yang tepat sesuai kebutuhan dan kondisi psikologisnya.

Anak Bukan Mesin yang Bisa Langsung Diubah dengan Cara Sama

Efisiensi bukan soal cepat atau lambat saja, tapi soal tepat atau tidak tepat. Ada anak yang memang butuh guncangan untuk kembali ke jalur yang benar, tapi banyak pula yang justru bisa hancur jika dipaksa dengan kekerasan.

Jika anak masih bisa diajak bicara dan menunjukkan rasa bersalah, pesantren mungkin menjadi pilihan yang lebih masuk akal. Namun jika anak sudah sangat sulit dikendalikan dan berperilaku berbahaya, camp militer bisa menjadi alternatif awal.

Meski begitu, keberhasilan keduanya tetap sangat bergantung pada pendampingan keluarga setelah program selesai. Lingkungan rumah yang suportif dan penuh pengertian adalah kunci agar perubahan tidak sia-sia.

Melihat Kenakalan Anak dari Akar Masalah

Kamu harus ingat bahwa kenakalan anak tidak muncul begitu saja. Ia merupakan hasil dari berbagai luka yang tersembunyi seperti kurang perhatian, trauma, atau lingkungan yang tidak sehat.

Mengatasi kenakalan berarti menyembuhkan manusia kecil yang bingung, bukan sekadar memperbaiki perilaku. Pendekatan harus dilandasi empati, kesabaran, dan ketulusan.

Dua Gagasan Sebagai Cermin Pendekatan yang Berbeda

Gagasan Kang Dedi dan Taj Yasin bukan soal siapa benar siapa salah. Mereka hanya mewakili dua pendekatan berbeda. Kang Dedi dengan pendekatan keras yang yakin disiplin bisa menyelamatkan. Taj Yasin dengan pendekatan lembut yang percaya bahwa cinta adalah kunci perubahan.

Kamu bisa mengambil pelajaran bahwa mendidik anak tidak bisa hanya mengandalkan satu metode. Dunia tidak hitam putih. Keseimbangan antara keras dan lembut diperlukan untuk hasil terbaik.

Kasih Sayang Adalah Kunci Utama Perubahan

Apa pun pilihanmu kelak, jangan lupa bahwa kasih sayang adalah satu-satunya hal yang tidak bisa digantikan oleh camp militer atau pesantren. Hanya dengan kasih sayang, perubahan akan bertahan lebih lama dari sekadar pelatihan singkat atau masa pengajian yang terbatas.

Kamu yang benar-benar hadir dengan empati dan cinta dalam hidup anak, itulah yang paling menentukan masa depan mereka.


Link copied to clipboard.