Zaman Sudah Modern, Tradisi Nyandran Dipertahankan di Gresik?

Ilustrasi makam di Gresik/Pixels/Busra Koskmazer

SastraNusa.id, Gresik - Ketika banyak tradisi mulai tergerus oleh zaman, ada satu warisan budaya yang tetap bertahan dengan teguh di tengah masyarakat Gresik. Tradisi itu bernama Nyandran. Bukan hanya sekadar kegiatan rutin menjelang Ramadan, Nyandran adalah cermin kedekatan masyarakat Gresik dengan nilai-nilai leluhur, penghormatan kepada orang tua yang telah tiada, dan kebersamaan antarwarga.

Makna Mendalam di Balik Nyandran

Tradisi Nyandran bukan sekadar bersih-bersih makam. Lebih dari itu, ada semangat spiritual dan nilai sosial yang kuat di dalamnya. Setiap kali kamu melihat keluarga datang ke makam bersama-sama, membersihkan pusara, menaburkan bunga, dan membaca doa, saat itu pula kamu sedang menyaksikan satu bentuk kesetiaan pada tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.

Di balik setiap doa yang dilantunkan, tersimpan harapan agar generasi berikutnya tidak melupakan asal-usulnya. Nyandran mengingatkan bahwa setiap manusia memiliki akar, dan akar itu layak untuk dihormati.

Mengapa Tradisi Ini Masih Bertahan?

Kamu mungkin bertanya-tanya, bagaimana mungkin di era yang serba digital ini, masyarakat Gresik tetap mempertahankan tradisi seperti Nyandran? Jawabannya adalah, karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya masih sangat relevan.

Pertama, Nyandran menjadi momen penting untuk mempererat tali silaturahmi. Dalam kesibukan sehari-hari, banyak orang tak sempat bertemu keluarga besar. Tapi saat Nyandran, semua berkumpul. Mereka saling sapa, berbagi cerita, bahkan mengadakan makan bersama di sekitar makam. Inilah kebersamaan yang tidak bisa digantikan oleh teknologi apa pun.

Kedua, tradisi ini juga menjadi bentuk pendidikan moral secara tidak langsung. Anak-anak yang ikut serta dalam Nyandran akan belajar tentang pentingnya menghormati orang tua, menjaga kebersihan, dan memahami nilai spiritual. Hal-hal semacam ini sulit diperoleh hanya dari buku pelajaran.

Peran Tokoh Masyarakat dan Pemuka Agama

Salah satu alasan mengapa Nyandran tetap lestari adalah peran aktif para tokoh masyarakat dan pemuka agama. Mereka tidak hanya mengajak, tetapi juga memberi teladan langsung. Beberapa desa bahkan menjadikan Nyandran sebagai agenda desa yang didukung oleh berbagai pihak.

Dalam pelaksanaannya, tidak jarang tokoh agama ikut memberikan ceramah singkat setelah kegiatan Nyandran. Ceramah ini biasanya menyentuh tema pentingnya menjaga tradisi dan mengisi bulan Ramadan dengan hal-hal positif. Dengan cara seperti ini, nilai tradisional dan religius menyatu dalam satu kegiatan.

Adaptasi Tanpa Menghilangkan Makna

Meski zaman berubah, masyarakat Gresik mampu melakukan adaptasi tanpa harus meninggalkan esensi dari Nyandran itu sendiri. Misalnya, sebagian orang kini memanfaatkan media sosial untuk mengabarkan jadwal Nyandran keluarga besar. Ada juga yang membuat dokumentasi kegiatan ini dalam bentuk foto atau video, lalu membagikannya sebagai bentuk penghargaan terhadap tradisi.

Namun, meskipun sudah ada sentuhan modern, tidak ada satu pun bagian utama dari tradisi ini yang dihilangkan. Doa tetap dibaca, makam tetap dibersihkan, bunga tetap ditaburkan. Semuanya tetap dilakukan dengan penuh rasa hormat.

Tantangan di Tengah Perubahan Zaman

Tentu saja, mempertahankan tradisi seperti Nyandran tidak selalu mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah pergeseran pola pikir generasi muda yang mulai kurang tertarik dengan hal-hal tradisional. Sebagian dari mereka lebih memilih menghabiskan waktu di ruang virtual daripada mengikuti kegiatan budaya.

Namun, di sinilah peran penting keluarga dan masyarakat. Dengan memberi pemahaman sejak dini, generasi muda bisa tumbuh dengan kesadaran bahwa tradisi bukanlah beban, melainkan bagian dari identitas. Ketika kamu tahu dari mana asalmu, maka kamu akan lebih bijak dalam melangkah ke masa depan.

Nyandran Sebagai Ruang Kontemplasi

Selain aspek sosial dan budaya, Nyandran juga memberi ruang untuk kontemplasi pribadi. Saat kamu duduk di samping makam orang-orang tercinta, kamu akan merenungi arti hidup, kematian, dan hubungan spiritual dengan Sang Pencipta. Kegiatan ini menjadi semacam jeda dari hiruk pikuk dunia, dan memberi kesempatan untuk menyadari bahwa hidup itu sementara.

Dalam kesunyian makam, kamu akan merasakan kedamaian yang sulit dijelaskan. Ada kekuatan dalam diam, dan ada pengingat bahwa waktu berjalan terus. Dengan demikian, Nyandran juga menjadi momen refleksi yang sangat berharga.

Masa Depan Tradisi Nyandran

Jika ditanya apakah Nyandran akan tetap ada di masa depan, jawabannya sangat tergantung pada kamu dan orang-orang yang menghargai nilai warisan budaya. Selama masih ada kesadaran untuk merawat, menghargai, dan mengajarkan nilai-nilai itu kepada generasi berikutnya, maka Nyandran tidak akan pernah punah.

Masyarakat Gresik telah membuktikan bahwa modernitas tidak selalu berarti meninggalkan tradisi. Justru dengan memahami akar budaya, kamu bisa menghadapi perubahan zaman dengan identitas yang kuat.

Nyandran bukan hanya tentang datang ke makam menjelang Ramadan. Ia adalah cara masyarakat Gresik menunjukkan bahwa menghormati leluhur adalah bagian dari kehidupan yang tak boleh dilupakan. 

Di tengah dunia yang terus berubah, Nyandran hadir sebagai pengingat bahwa ada nilai-nilai yang patut dijaga. Dan selama kamu masih mau datang, membersihkan, mendoakan, dan mengenang, maka tradisi ini akan terus hidup, tak lekang oleh waktu.

Tags:
TRADISI
Link copied to clipboard.