9 Tradisi ini Bertahan di Madura, Berikut Detailnya!
![]() |
Ilustrasi 9 Tradisi ini Bertahan di Madura, Berikut Detailnya/pixabay/hereist |
SastraNusa.id, Madura - Matahari belum sepenuhnya tinggi ketika suara gonggongan sapi mulai terdengar dari kejauhan. Di sebuah tanah lapang yang dikelilingi pagar bambu, dua ekor sapi gagah berdiri tegap, siap beradu kecepatan dalam tradisi yang diwariskan turun-temurun.
Sorak sorai masyarakat memecah pagi yang masih muda, menciptakan suasana yang lebih dari sekadar perlombaan. Melainkan ini, adalah napas budaya, detak jantung warisan leluhur yang masih berdetak kuat di Pulau Madura.
Langkah-langkah kecil seorang perempuan tua menuntun dulang berisi tumpeng mini ke arah bibir pantai. Beberapa lelaki tengah menyiapkan perahu kecil untuk membawa sesaji ke laut lepas.
Air mata haru bercampur senyum syukur menjadi satu, karena hari itu adalah waktu yang dinanti. Apa itu? Jawabannya adalah, karena rokat tase’ digelar sebagai ungkapan terima kasih pada laut yang setia memberi nafkah.
Di desa yang berbeda, aroma dupa dan gemerincing gamelan terdengar lirih dari rumah joglo sederhana. Lantunan macapat yang dibacakan dengan intonasi syahdu seolah menjadi pengantar rindu pada masa lalu. Tak semua tahu artinya, tapi setiap baitnya seperti punya sihir yang mengikat jiwa untuk tetap setia menjaga akar budaya.
Baiklah, jangan melebarkan pembahasan. Berikut ini adalah 9 tradisi yang bertahan di Madura hingga sekarang:
1. Karapan Sapi, Lebih dari Sekadar Balapan
Karapan Sapi telah menjelma menjadi identitas budaya Madura. Tradisi yang menyatukan kekuatan, ketangkasan, dan keindahan ini digelar setiap tahun, terutama menjelang musim panen. Sapi-sapi pilihan dipersiapkan layaknya atlet profesional.
Proses latihan, perawatan khusus, hingga ritual-ritual yang menyertainya, menunjukkan betapa sakral dan bernilainya kegiatan ini bagi masyarakat Madura.
2. Rokat Tase’, Persembahan untuk Laut
Tradisi ini berlangsung di pesisir-pesisir Madura sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki laut yang melimpah. Sesaji berupa nasi tumpeng, bunga, dan berbagai makanan lainnya dilarung ke laut.
Upacara ini bukan sekadar simbol, tapi juga bentuk pengharapan akan keselamatan dan hasil tangkapan yang melimpah untuk tahun-tahun mendatang.
3. Sapi Sono, Kontes Kecantikan Bertanduk
Berbeda dari karapan, sapi sono menampilkan keindahan dan kelembutan sapi betina. Dalam lomba ini, sapi dihias indah dan dilatih untuk berjalan anggun mengikuti irama musik.
Juri menilai dari keanggunan langkah, bentuk tubuh, dan kekompakan penampilan. Tradisi ini menunjukkan bagaimana masyarakat Madura mengapresiasi estetika, bahkan terhadap hewan ternaknya.
4. Tanean Lanjhang, Simbol Kebersamaan Keluarga
Tanean Lanjhang bukan sekadar pola hunian, melainkan cerminan nilai-nilai kekeluargaan Madura. Rumah-rumah dibangun sejajar memanjang, menampung satu keluarga besar dalam satu kawasan.
Pola ini menjaga keintiman antaranggota keluarga, memudahkan komunikasi, dan menguatkan solidaritas sosial yang khas.
5. Macapat Madura, Warisan Sastra Lisan
Macapat merupakan bentuk puisi tradisional yang dibacakan atau dilantunkan dalam nada tertentu. Di Madura, macapat hidup dalam berbagai acara, mulai dari syukuran hingga peringatan kematian.
Pesan moral, kisah kepahlawanan, hingga nilai-nilai keagamaan disampaikan dalam bait-bait penuh makna yang diwariskan lintas generasi.
6. Rokat Bumi, Syukuran atas Hasil Tani
Di daerah pedalaman, rokat bumi menjadi bagian penting dari siklus pertanian. Masyarakat menggelar doa bersama, menyiapkan sesaji, dan membuat acara makan bersama sebagai bentuk syukur kepada alam.
Tradisi ini menyatukan warga dalam harmoni, menjauhkan iri hati, dan memperkuat kerja sama dalam mengelola sumber daya.
7. Sandhur, Teater Rakyat Penuh Pesan
Sandhur adalah pertunjukan yang menggabungkan tari, musik, dan lakon. Berfungsi sebagai hiburan sekaligus sarana pendidikan, tradisi ini pernah menjadi media penyampaian kritik sosial secara halus.
Lakon-lakon yang dibawakan biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari, disisipkan humor dan pesan moral yang mudah dicerna.
8. Sema’an Al-Qur’an, Sakral di Tengah Keramaian
Kegiatan ini digelar sebagai bentuk penguatan spiritual dalam kehidupan masyarakat Madura. Pembacaan Al-Qur’an dilakukan secara bergiliran oleh para hafiz, biasanya semalaman suntuk.
Masyarakat berduyun-duyun datang, bukan sekadar mendengarkan, tetapi juga untuk mendapatkan berkah dan ketenangan batin.
9. Besanan Madura, Pernikahan dalam Adat Leluhur
Pernikahan di Madura menyimpan serangkaian prosesi adat yang kaya simbol dan filosofi. Mulai dari lamaran, hantaran, hingga hari pernikahan, semua dilakukan dengan tata cara yang menjunjung nilai sopan santun dan kehormatan keluarga.
Pengantin diarak dengan pakaian khas, diiringi musik dan tari, menjadi pesta budaya yang sarat makna.
Di tengah derasnya arus modernisasi, tradisi-tradisi Madura masih bertahan, bukan karena kewajiban, melainkan karena cinta.
Setiap upacara, setiap pertunjukan, setiap syair yang dibacakan, adalah bagian dari mozaik sejarah yang terus dijaga. Masyarakat Madura seolah sadar, bahwa tanpa budaya, sebuah identitas akan kehilangan makna.*