Musik Daul Madura Harus Dilestarikan, Apalagi Telah Ramai Peminat!
![]() |
Sekelompok penabuh daul Madura/Ilustrasi |
SastraNusa.id, Madura - Suara tabuhan musik daul kembali menggema di berbagai pelosok Madura. Tidak hanya dalam perayaan tradisional, tetapi juga di panggung-panggung modern musik khas Madura ini semakin mendapat tempat di hati generasi muda. Popularitasnya juga meningkat. Namun di balik semarak itu, para pemerhati budaya justru mengkhawatirkan kelestarian jangka panjangnya.
Musik daul bukan sekadar hiburan. Tetapi juga bagian dari napas masyarakat Madura dalam mengekspresikan kegembiraan, semangat juang, dan nilai-nilai lokal. Keberadaannya telah lama menyatu dengan ritus-ritus adat seperti menyambut hari besar Islam, arak-arakan pernikahan, hingga acara bersih desa. Meski terus berkembang, musik daul tetap membawa ciri khas yang tak tergantikan.
Kini, makin banyak anak muda Madura yang tertarik memainkan daul. Sekolah-sekolah mulai membuka ekstrakurikuler kesenian ini, komunitas musik daul bermunculan di media sosial, bahkan festival daul rutin digelar dengan penonton yang membeludak. Fenomena ini menyenangkan, namun masih menyisakan catatan penting soal kelestarian nilai-nilai aslinya. Hal itu sesuai dengan yang diungkapkan oleh salah satu pemerhati budaya Madura yang enggan disebut Namanya, Selasa 7 Juli 2025.
“Antusiasme publik memang menggembirakan, tetapi pelestarian bukan cuma soal tampil di panggung. Ada nilai-nilai kultural yang harus terus dirawat,” ujar dia.
Tumbuh di Tengah Masyarakat, Tapi Rawan Komersialisasi
Menurut pengamat ini, musik daul dikenal dengan bunyinya yang kuat, menggelegar, dan energik. Alat musik utama berupa beduk besar atau kendang dibalut dengan ritme yang khas. Diiringi gong, terompet, dan kadang-kadang vokal, musik daul menjelma menjadi pertunjukan kolosal yang memikat siapa saja yang menyaksikannya. Namun di balik gemerlap itu, terjadi perubahan fungsi yang patut diwaspadai.
Jika dulu musik daul dimainkan untuk mengiringi ritual tertentu, kata dia melanjutkan, kini sering kali hanya menjadi latar hiburan dalam acara pesta. Hal ini membuat beberapa nilai sakralnya mulai terpinggirkan. Bahkan tak jarang, koreografi yang mengiringi musik daul dibuat berlebihan demi menarik penonton, tanpa mempertimbangkan norma dan etika budaya lokal.
Diutarakan, pengaruh media sosial juga berdampak besar. Banyak konten musik daul yang viral, tapi sebagian besar menekankan sisi hiburannya semata. Menrut dia kreativitas tentu penting, namun kehilangan konteks budaya bisa mengaburkan makna asli musik daul. Beberapa pemerhati budaya pun menyuarakan keprihatinan terhadap arah perkembangan ini.
“Jangan sampai musik daul hanya dikenal sebagai pertunjukan ramai tanpa memahami akar sejarah dan nilai yang dikandungnya,” jelas narasumber tersebut menegaskan dengan nada prihatin.
Gerakan Komunitas untuk Menjaga Keaslian Daul
Sang pengamat berpendapat, meskipun menghadapi tantangan, ada harapan dari upaya yang dilakukan oleh komunitas-komunitas seni di Madura. Di beberapa desa, para sesepuh dan pemuda berkumpul untuk menggelar latihan rutin musik daul. Mereka tidak hanya memainkan alat musik, tetapi juga mengajarkan sejarah dan filosofi dari irama yang dimainkan. Pendekatan ini dianggap efektif untuk menjaga warisan budaya tetap utuh.
Dibeberkan, pendidikan informal semacam ini berkembang pesat. Misalnya, di Sampang, sudah ada belasan kelompok musik daul yang memiliki program regenerasi. Yakni anak-anak muda dilatih secara langsung oleh para pemain senior, diajak memahami asal usul daul, hingga dikenalkan pada tata krama pertunjukan tradisional. Semangat ini menjadi pondasi penting dalam menjaga orisinalitas daul di tengah gelombang perubahan zaman.
Selain itu, lanjut dia menerangkan, ada pula inisiatif dari beberapa lembaga pendidikan dan pemerintah daerah. Beberapa sekolah di Madura mulai memasukkan kesenian daul dalam kurikulum muatan lokal. Di sampingh itu, festival tahunan pun kini menjadi ruang pertemuan berbagai komunitas musik daul yang tak hanya saling bertanding, tapi juga berbagi gagasan pelestarian budaya.
“Selama semangat melestarikan itu hidup di komunitas, saya percaya daul tidak akan punah,” imbuhnya.
Musik Daul dan Identitas Kultural Madura
Diungkapkan, keberadaan musik daul tidak hanya penting bagi dunia seni, tetapi juga menyangkut identitas masyarakat Madura secara keseluruhan. Musik ini adalah cerminan karakter orang Madura yang berani, lugas, penuh semangat, dan mencintai kebersamaan. Dalam setiap tabuhan daul, tersimpan denyut kehidupan dan jiwa sosial yang tak mudah tergantikan oleh musik lain.
Daul bukan hanya untuk dinikmati, tapi juga untuk dimaknai. Melalui musik ini, masyarakat Madura belajar tentang disiplin, kerja sama, dan pengabdian terhadap budaya leluhur. Maka ketika musik daul berkembang, itu bukan hanya soal hiburan yang digemari, tetapi juga tentang bagaimana nilai-nilai luhur itu terus ditanamkan dan diwariskan.
Namun perlu dicatat, musik daul akan kehilangan jati dirinya jika terus-menerus diolah menjadi tontonan belaka tanpa narasi budaya yang menyertainya. Oleh karena itu, semua pihak perlu berkolaborasi. Pemerintah daerah, seniman, pendidik, hingga pelaku industri hiburan harus bersama-sama menjaga agar musik daul tidak terjebak dalam eksploitasi komersial semata.
“Kalau mau tetap lestari, daul harus dihidupkan di tengah keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Bukan hanya di panggung besar,” paparnya.
Musik daul Madura kini berada dalam persimpangan. Di satu sisi, ia tumbuh dan makin digemari, tapi di sisi lain, tantangan pelestariannya kian kompleks. Peluang dan ancaman datang bersamaan, tinggal bagaimana masyarakat menyikapinya dengan bijak.
Selama daul masih dimainkan dengan sepenuh hati, diiringi niat untuk menjaga tradisi, dan tidak tercerabut dari akar budayanya, maka ia akan tetap bertahan. Bahkan lebih dari itu, musik daul bisa menjadi simbol kebangkitan budaya Madura di tengah dunia yang kian global.*