TERBARU

SMANSABA FEST VI Berlangsung Tiga Hari, Juga Angkat Budaya Minangkabau

SMANSABA FEST VI Berlangsung Tiga Hari, Juga Angkat Budaya Minangkabau
Situasi SMANSABA FEST VI yang Berlangsung Tiga Hari dan yang Juga Angkat Budaya Minangkabau/SASTRANUSA/Jeki Arianto

SASTRANUSA, PADANG PARIAMAN – Gelaran SMANSABA FEST VI di SMAN 1 Batang Anai resmi dimulai pada Selasa, 30 September 2025. Ajang kompetisi pelajar ini menjadi momen penting yang menyatukan ratusan siswa dari berbagai kabupaten dan kota di Sumatera Barat.

Festival berlangsung hingga 2 Oktober dengan agenda lomba akademik, olahraga, dan seni tradisi. Kegiatan yang penuh semangat ini dihadiri pejabat pendidikan, tokoh masyarakat, serta para pendamping siswa.

Kemarin, acara pembukaan dilakukan langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat, Habibul Fuadi, S.Pd., M.Si. Turut hadir Cabdin Wilayah II, Yul Andri, S.Pd., MM., Pengawas Sekolah, Vivin Novianti, M.Pd., Camat setempat, Ketua Komite Sekolah, Jecky Ali, Kapolsek, Danramil.

Kemudian hadir juga Kepala SMAN 1 Batang Anai, Zulbaidah, S.Pd. Dukungan penuh juga datang dari Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah. Kehadiran para tokoh memperlihatkan bahwa pendidikan, prestasi, dan kebudayaan menjadi perhatian bersama.

Habibul Fuadi menegaskan bahwa festival ini memiliki nilai lebih dari sekadar persaingan memperebutkan juara. Menurutnya, kegiatan ini adalah ruang bagi generasi muda untuk berinteraksi, mempererat hubungan, dan membangun rasa percaya diri.

Ajang tahunan ini menjadi wahana pembelajaran non-formal yang membentuk sikap sportif serta karakter positif siswa. Melalui acara tersebut, dunia pendidikan tidak hanya membekali ilmu, tetapi juga menanamkan nilai kehidupan yang bermanfaat jangka panjang.

Keberagaman Lomba di SMANSABA FEST VI

SMANSABA FEST VI menghadirkan berbagai cabang lomba yang memadukan aspek akademik, seni, dan tradisi. Untuk tingkat SMA/SMK/MA, panitia menyelenggarakan Festival Randai Kreasi, Lomba Debat Bahasa Indonesia (LDBI), English Debate, Solo Song, dan Baca Puisi.

Sementara itu, tingkat SMP/MTs Kabupaten Padang Pariaman mengikuti Lomba MAPALISH dengan materi Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris. Rangkaian kompetisi ini memperlihatkan keseimbangan antara prestasi intelektual dan penguatan identitas budaya.

Jumlah peserta mencapai 257 orang yang datang dari berbagai sekolah se-Sumatera Barat. Mereka tampil antusias, baik secara individu maupun berkelompok, untuk menampilkan kemampuan terbaiknya.

Para pendamping dan penonton juga memberikan dukungan yang membangun suasana semarak. Kehadiran ratusan pelajar tersebut menjadi bukti bahwa festival ini sangat diminati dan relevan dengan kebutuhan pembinaan generasi muda.

Selain lomba utama, pihak sekolah juga menggelar pertandingan silat untuk tingkat SMA. Lomba ini bersamaan dengan kompetisi Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris bagi pelajar SMP/MTs se-Kabupaten Padang Pariaman.

Kehadiran silat sebagai bagian dari rangkaian acara memperkuat nilai tradisi Minangkabau dalam festival. Olahraga bela diri tersebut tidak hanya melatih keterampilan fisik, tetapi juga membangun mental disiplin dan karakter pelajar.

Randai dan Baca Puisi Sebagai Warisan Budaya Minangkabau

Dari sekian cabang yang dipertandingkan, Festival Randai Kreasi dan Baca Puisi menjadi sorotan utama. Randai dikenal sebagai seni tradisi Minangkabau yang memadukan drama, tari, musik, serta gerakan silat. Peserta menampilkan kreativitas tinggi dalam menyajikan pertunjukan, sekaligus menjaga nilai-nilai budaya yang diwariskan turun-temurun. Ajang ini memberi ruang bagi pelajar untuk lebih mengenal sekaligus melestarikan seni tradisi daerah.

Kemudian ada randai, puisi, debat, dan seni musik yang termasuk dalam bagian dari identitas Minangkabau. Tampaknya Anak-anak tidak hanya diunggulkan secara akademik, tetapi juga harus aktif di bidang olahraga dan mencintai budaya daerahnya.

Randai, LDBI, English Debate, Solo Song, dan Baca Puisi adalah identitas budaya Minangkabau yang harus dilestarikan.

Penampilan peserta lomba puisi menambah daya tarik festival. Mereka membacakan karya dengan penuh penghayatan, menggunakan intonasi yang menggugah dan ekspresi yang kuat.

Sajian puisi tidak hanya memperlihatkan kemampuan literasi, tetapi juga memupuk kecintaan terhadap bahasa Indonesia. Dengan begitu, siswa dilatih mengasah keterampilan komunikasi serta menanamkan apresiasi pada sastra lokal maupun nasional.

Solo Song dan Perpaduan Kreativitas Modern dengan Tradisi

Lomba Solo Song menjadi salah satu cabang yang banyak menarik perhatian penonton. Para peserta tampil percaya diri dengan membawakan lagu pilihan menggunakan busana khas Minangkabau. Menariknya, sebagian peserta mengombinasikan pakaian tradisional dengan sentuhan modern sehingga tercipta harmoni antara kreativitas baru dan warisan lama. Kehadiran lomba ini menunjukkan bahwa seni musik tetap dapat dikembangkan tanpa meninggalkan akar budaya daerah.

Penampilan siswa berhasil memukau hadirin yang memenuhi area lomba. Kreativitas, keberanian, dan inovasi menjadi kunci sukses setiap peserta dalam menampilkan karya mereka.

Hal ini sejalan dengan misi festival yang tidak hanya mengejar kemenangan, tetapi juga menekankan pada pengembangan bakat, ekspresi diri, dan kepercayaan diri. Melalui ajang ini, siswa memiliki ruang untuk melatih kemampuan seni sekaligus memperkuat karakter positif.

Selain memberikan hiburan, lomba Solo Song juga memperkenalkan nilai budaya kepada generasi baru. Busana tradisional yang dikenakan peserta menjadi pesan tersendiri mengenai pentingnya melestarikan identitas daerah.

Penonton disuguhkan penampilan memikat yang menggabungkan warna lokal dan modern sehingga menciptakan suasana meriah. Lomba ini memperlihatkan bahwa pelajar Sumatera Barat mampu menjaga jati diri budaya sambil tetap terbuka pada perkembangan zaman.

Pentingnya Sportivitas dan Karakter Generasi Muda

Habibul Fuadi dalam kesempatan tersebut menyampaikan pandangan mengenai pentingnya membangun generasi muda yang berkarakter.

Menurutnya, kompetisi akademik, olahraga, dan seni harus berjalan beriringan dalam pembinaan siswa. Festival seperti SMANSABA FEST VI menjadi media pembelajaran nyata yang melatih ketangguhan mental serta kedisiplinan.

"Melalui proses tersebut, para pelajar dilatih menghargai lawan, menerima kemenangan, serta bersikap bijak ketika mengalami kekalahan," kata dia.

Sportivitas yang tercermin dalam festival tersebut, menciptakan suasana kebersamaan antar sekolah. Ratusan peserta saling mengenal, bekerja sama, sekaligus berkompetisi secara sehat.

Kegiatan ini menjadi cara efektif untuk memperluas jaringan pertemanan dan mempererat ikatan antarpelajar lintas daerah. Nilai kebersamaan tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan yang menumbuhkan semangat solidaritas, toleransi, serta kepedulian sosial.

Selain sportivitas, kegiatan ini juga menanamkan nilai budaya yang mengakar dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Randai, puisi, dan silat bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana pendidikan karakter.

Melalui pelestarian budaya, siswa diajarkan untuk mencintai warisan leluhur, menjaga identitas daerah, sekaligus bangga sebagai bagian dari generasi Sumatera Barat. Festival ini pun menjadi momentum penting untuk memperkuat kebanggaan budaya lokal di kalangan pelajar.

SMANSABA FEST VI Jadi Ajang Prestasi dan Pelestarian Budaya

Selama tiga hari pelaksanaan, SMANSABA FEST VI menjadi panggung bagi pelajar untuk unjuk kemampuan. Rangkaian lomba memperlihatkan bakat akademik, keterampilan berdebat, kemampuan seni, hingga kecintaan terhadap budaya. Semua itu berpadu dalam satu rangkaian yang memperkuat nilai pendidikan holistik. Festival ini membuktikan bahwa sekolah mampu menciptakan ruang pembelajaran yang menyenangkan sekaligus bermakna.

Kemeriahan acara semakin terasa dengan dukungan penuh penonton dan pendamping. Setiap cabang lomba mendapat apresiasi yang besar dari masyarakat yang hadir. Sorak semangat dan tepuk tangan membuat suasana semakin hidup. Dukungan tersebut menjadi motivasi tambahan bagi peserta untuk tampil maksimal dan memberikan hasil terbaik.

Pada akhirnya, SMANSABA FEST VI bukan hanya sebatas kompetisi. Festival ini adalah simbol kolaborasi pendidikan, olahraga, dan budaya yang dijalankan bersama-sama. Dengan dukungan pemerintah, sekolah, dan masyarakat, ajang ini akan terus menjadi wadah penting dalam melahirkan generasi unggul, berkarakter, serta bangga terhadap identitas Minangkabau. Kegiatan ini pun diharapkan terus berkembang dan menjadi inspirasi bagi sekolah lain di Sumatera Barat.

Penulis: Jeki Arianto