Apa Saja Tradisi di Jawa Saat Lebaran Idul Adha?

Apa Saja Tradisi di Jawa Saat Lebaran Idul Adha?
Gambaran penyembelihan sapi qurban (Ilustrasi) 

SastraNusa.id - Idul Adha di Jawa selalu menghadirkan nuansa yang berbeda dari hari biasa. Meski perayaannya tidak semeriah Idul Fitri, banyak tradisi yang tetap dijaga turun-temurun. Perlu kamu ketahui bahwa setiap daerah memiliki ciri khas perayaan tersendiri.

Namun, ada beberapa tradisi yang bisa kamu temukan di berbagai wilayah di Jawa. Tradisi ini tidak hanya tentang penyembelihan hewan kurban, tapi juga melibatkan gotong royong, doa bersama, serta suasana kekeluargaan yang hangat.

Persiapan Menjelang Idul Adha

Beberapa hari sebelum Idul Adha, warga biasanya sudah mulai sibuk. Di kampung-kampung, panitia kurban mulai mendata hewan yang akan disembelih. Warga yang ingin berkurban juga menyerahkan hewan ke panitia setempat. Kegiatan ini biasanya dilakukan di masjid atau lapangan desa. Suasana kebersamaan terasa kental karena semua orang turun tangan.

Selain itu, ada juga warga yang membersihkan lingkungan masjid. Mereka menyapu halaman, mencuci karpet, dan menghias tempat salat dengan pernak-pernik sederhana. Meskipun terlihat biasa, suasana seperti ini menciptakan rasa kebersamaan yang jarang ditemukan di hari biasa.

Takbiran Malam Idul Adha

Malam sebelum Idul Adha dikenal dengan malam takbiran. Di beberapa daerah di Jawa, takbiran dilakukan dengan cara berkeliling kampung sambil membawa obor atau lampu warna-warni. Anak-anak dan remaja biasanya sangat antusias mengikuti kegiatan ini.

Perlu kamu ketahui, bahwa takbiran tidak selalu terlaksana di Masjid. Ada juga warga yang mengadakan takbir keliling menggunakan mobil terbuka. Kendaraan dihias dengan aneka dekorasi khas Idul Adha dan dilengkapi pengeras suara untuk melantunkan takbir. Suasana ini membuat malam sebelum Idul Adha menjadi sangat meriah, meski tetap penuh makna.

Salat Id yang Khusyuk dan Meriah

Pagi hari saat Idul Adha, warga Jawa berbondong-bondong pergi ke lapangan atau masjid untuk melaksanakan salat Id. Sebagian besar mengenakan pakaian terbaik mereka. Laki-laki mengenakan baju koko atau batik, sedangkan perempuan memakai mukena baru yang bersih dan wangi.

Setelah salat Id selesai, imam atau khatib biasanya menyampaikan khutbah tentang makna berkurban. Banyak yang mendengarkan dengan serius karena khutbah ini sering kali membahas persoalan kehidupan sehari-hari dengan pendekatan spiritual yang mendalam. Setelah itu, warga biasanya saling bersalaman dan mengucapkan selamat Idul Adha.

Penyembelihan Hewan Kurban

Tradisi utama dari Idul Adha tentu saja adalah penyembelihan hewan kurban. Di Jawa, proses ini biasanya dilakukan di halaman masjid atau lapangan terbuka. Kambing dan sapi yang telah didata sebelumnya disembelih oleh petugas yang sudah berpengalaman. Proses ini disaksikan oleh warga sekitar.

Yang menarik adalah semangat gotong royong dalam membagi daging kurban. Warga saling bantu mulai dari menyembelih, membersihkan daging, menimbang, hingga membagikan ke rumah-rumah.

Biasanya, panitia menggunakan plastik bening untuk mengemas daging. Sebagian besar daging diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Tapi, tidak jarang juga dibagikan merata agar semua warga merasakan kebahagiaan Idul Adha.

Masakan Khas Idul Adha

Setelah daging dibagikan, kegiatan selanjutnya adalah memasak. Di Jawa, olahan daging kurban menjadi salah satu bagian paling dinantikan. Beberapa masakan khas seperti sate kambing, tongseng, gulai, dan rica-rica sapi sering disajikan di rumah-rumah.

Tidak sedikit warga yang memasak dalam jumlah besar, lalu mengundang tetangga atau kerabat untuk makan bersama. Kegiatan ini mempererat silaturahmi antarwarga.

Bahkan, ada yang secara khusus mengadakan kenduri kecil untuk mendoakan keluarga yang telah wafat. Semua kegiatan ini dilakukan dengan sederhana, namun penuh makna.

Sowan dan Silaturahmi ke Rumah Sesepuh

Tradisi lain yang tidak kalah penting di Jawa saat Idul Adha adalah sowan ke rumah orang tua atau sesepuh desa. Warga biasanya datang dengan membawa makanan atau oleh-oleh sederhana. Tujuannya bukan hanya untuk silaturahmi, tetapi juga meminta doa dan restu.

Saat bertemu sesepuh, biasanya ada nasihat yang diberikan. Nasihat ini disampaikan dengan bahasa halus yang menyentuh hati. Kamu bisa merasakan nilai kearifan lokal yang masih dijaga erat oleh masyarakat Jawa.

Tradisi seperti ini menjadi pengingat bahwa Idul Adha bukan hanya tentang kurban, tetapi juga memperkuat hubungan antar generasi.

Tradisi Nyadran dan Tahlilan

Di beberapa daerah, tradisi nyadran masih dilakukan menjelang Idul Adha. Nyadran adalah ziarah ke makam leluhur sambil membersihkan area makam.

Biasanya disertai doa bersama, dan pembagian makanan ringan seperti ketan dan jenang. Tradisi ini menjadi cara untuk menghormati leluhur sekaligus mendoakan mereka.

Ada pula tradisi tahlilan di malam Idul Adha. Kegiatan ini dilakukan secara sederhana. Warga berkumpul di masjid atau rumah tokoh masyarakat untuk membaca doa bersama. Tahlilan menjadi penutup yang tenang setelah serangkaian kegiatan yang cukup padat selama perayaan Idul Adha.

Nilai-Nilai yang Tersirat dalam Tradisi

Setiap tradisi yang dilakukan saat Idul Adha di Jawa memiliki nilai tersendiri. Kamu bisa melihat semangat gotong royong dalam pembagian daging. Kamu juga bisa merasakan kekuatan silaturahmi lewat sowan dan makan bersama. Selain itu, nilai spiritual juga terlihat dalam salat Id, tahlilan, dan nyadran.

Tradisi ini menunjukkan bahwa masyarakat Jawa tidak hanya menjalankan ibadah sebagai ritual. Mereka menghidupkan ibadah itu dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai seperti kepedulian, kesederhanaan, dan rasa syukur menjadi inti dari semua tradisi yang dijalankan.*


Tags:
TRADISI
Link copied to clipboard.