Jembatan Ambruk di Lembak Pasang, Warga Terisolasi Bertahun-tahun

Jembatan Ambruk di Lembak Pasang, Warga Terisolasi Bertahun-tahun
Situasi jembatan ambruk di Nagari Sungai Sirah Pilibang, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman/SastraNusa.id/Jeki Arianto

SastraNusa.id, Padang Pariaman - Di tengah geliat pembangunan yang digaungkan dari pusat hingga daerah, masih ada wilayah yang terpinggirkan dari perhatian. Di Nagari Sungai Sirah Pilubang, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman, jembatan penghubung antara Korong Lembak Pasang ke korong lainnya telah lama roboh. Struktur vital itu menjadi saksi bisu kelumpuhan akses warga selama bertahun-tahun.

Tidak hanya berfungsi sebagai jalur transportasi, jembatan tersebut dulunya menjadi urat nadi bagi aktivitas sosial, pendidikan, pemerintahan, dan ekonomi.

Sejak ambruknya konstruksi tersebut, masyarakat terpaksa memutar arah melalui jalan yang lebih jauh, dengan medan yang tidak selalu aman.

Jalur Alternatif Tak Efisien dan Melelahkan

Kehidupan pelajar menjadi salah satu yang paling terdampak. Mereka yang sebelumnya hanya membutuhkan beberapa menit untuk sampai ke sekolah, kini harus berjalan lebih jauh, bahkan melintasi korong lain.

SMP Negeri 4 dan SMA Negeri 1 Sungai Limau yang letaknya tidak jauh secara geografis, menjadi tujuan yang memerlukan usaha ekstra. Situasi ini memperburuk semangat belajar dan menurunkan kenyamanan dalam menjalani rutinitas pendidikan.

Seorang warga yang enggan disebutkan namanya menyampaikan bahwa sejak jembatan itu roboh, masyarakat tidak memiliki banyak pilihan selain menempuh jalur alternatif. Kondisinya tidak hanya melelahkan, tetapi juga meningkatkan risiko keselamatan karena beberapa rute cukup berbahaya, terutama saat musim hujan.

Perekonomian Warga Tersendat

Jembatan yang rusak bukan hanya memutus akses, tetapi juga menghambat perputaran ekonomi lokal. Para petani dan pelaku usaha mikro mengalami kesulitan dalam mendistribusikan hasil produksi ke pasar.

Biaya transportasi meningkat, waktu pengiriman bertambah, dan risiko kerusakan barang semakin besar. Akibatnya, pendapatan menurun dan daya beli masyarakat ikut terdampak.

Dalam situasi seperti ini, berbagai aktivitas produktif masyarakat menjadi tidak optimal. Gangguan akses turut memengaruhi layanan kesehatan dan logistik harian, sehingga menciptakan tekanan ekonomi secara menyeluruh. Isolasi yang dihadapi warga menjadi bentuk nyata ketimpangan pembangunan di wilayah perdesaan.

Harapan Menguat di Tengah Keprihatinan

Asrul, Wali Nagari Sungai Sirah Pilubang, menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap kondisi tersebut.

Menurutnya, jembatan itu merupakan akses penting yang menghubungkan berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari pendidikan, pelayanan pemerintahan hingga sektor ekonomi.

Ia berharap agar Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman bersama DPRD segera memberikan tanggapan konkret terhadap kondisi yang sudah berlangsung bertahun-tahun ini.

Lebih jauh, Asrul menjelaskan bahwa pihak nagari bersama masyarakat siap mendukung penuh proses pembangunan kembali jembatan tersebut.

Dukungan itu bisa berupa pendampingan, tenaga kerja, hingga koordinasi teknis jika dibutuhkan. Keberadaan jembatan yang layak tempuh dinilai sangat penting untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan warga dalam menjalani aktivitas harian.

Menanti Komitmen Pemerintah Daerah

Warga terus berharap agar suara yang disuarakan sejak lama tidak lagi diabaikan. Tidak sedikit yang menilai bahwa lambannya respons dari pemangku kebijakan menunjukkan minimnya perhatian terhadap masyarakat di wilayah perbatasan nagari.

Sementara berbagai janji pembangunan disuarakan secara luas, realitas di lapangan masih menunjukkan adanya ketimpangan.

Upaya pembangunan jembatan ini dinilai tidak hanya sebagai penyambung akses fisik, tetapi juga bentuk pemulihan kepercayaan publik terhadap pemerintah daerah. Kebutuhan terhadap jembatan yang aman, kokoh, dan fungsional menjadi kebutuhan mendesak yang tidak dapat ditunda.

Jalan Panjang Menuju Perubahan

Jembatan yang ambruk di Lembak Pasang menjadi simbol dari berbagai ketimpangan yang masih terjadi di daerah. Di tengah semangat membangun negeri dari pinggiran, masih ada masyarakat yang harus menunggu bertahun-tahun untuk sekadar mendapatkan kembali akses dasar. Ketika pembangunan hanya tercatat di atas kertas, kehidupan masyarakat terus terhambat di jalan yang rusak.

Dengan dukungan pemerintah nagari, semangat gotong royong masyarakat, dan komitmen dari pemangku kepentingan, harapan itu masih ada. Namun, tanpa tindakan konkret dari pemerintah daerah, suara dari Lembak Pasang akan terus menjadi gema tanpa gema.*


Link copied to clipboard.