Di Pagelaran Ritmik Madura 2025 Pamekasan, Kasokan Bawa Lagu Berbeda?
![]() |
Doa saat penutupan pagelaran Ritmik Madura 2025 yang dipimpin oleh Kiyai Faizi/Doc/Kasokan |
SastraNusa.id, Pamekasan - Hawa sejuk pegunungan tak mampu menyembunyikan kesibukan yang mulai terasa di Kota Pamekasan. Hari ini (27/6/25), sejumlah pekerja terlihat menata panggung di kawasan Lapangan FC Amoer Kampoeng Rongkarong, Pamekasan. Spanduk secara online berisi informasi acara mulai memberi sinyal bahwa kegiatan ini sedang bersiap meramaikan kota tersebut dengan lagu hati.
Berkenaan dengan Ritmik Madura 2025 yang akan kembali hadir ini, tentu akan luar biasa. Ajunan bisa menelisik pagelaran sebelumnya yang sukses di Sumenep pada 14 Juni lalu. Sekarang giliran Pamekasan yang akan tersentuh dengan lagu dengan ritme indah dan mendalam.
Menurut informasi yang sampai ke SastraNusa.id, antusiasme warga terlihat dari perbincangan yang semakin ramai di media sosial maupun di warung-warung kopi. Tak hanya itu, semangat yang mengalir pun, disambut pelaku seni daerah dengan harapan besar terhadap atmosfer pertunjukan nanti.
Begini, Ajunan tahu, susunan acara penampilan musik akan sama atau berbeda dengan pagelaran di Sumenep? Terkait ini, tentu banyak yang penasaran, apakah Kasokan yang menjadi pusat perhatian di Sumenep, akan kembali tampil dengan lagu yang sama. Atau justru kelompok lain dengan warna musik berbeda yang akan mengisi panggung di Pamekasan.
Sukses di Sumenep, Kasokan Jadi Pusat Perhatian
Mengingat, pagelaran Ritmik Madura 2025 di halaman Museum Keraton Sumenep menghadirkan nuansa berbeda dari pertunjukan budaya biasa. Meski hujan sempat mengguyur lokasi acara, semangat penonton tidak surut. Kasokan tampil sebagai pembuka dengan formasi lengkap yang membawa 19 personel dan berbagai instrumen khas Madura.
Gamelan khas Madura Barat menjadi instrumen dasar dalam membangun irama. Suaranya berpadu apik dengan gitar elektrik, bass, serta perkusi modern. Semua lagu dibawakan dalam bahasa Madura dan sarat dengan pesan penghormatan kepada orang tua, kritik sosial, dan doa. Lirik-liriknya berasal dari album bertajuk Nata Aba’ yang sudah banyak dikenal di kalangan penikmat musik tradisi modern.
Kasokan bukan hanya bermain musik. Setiap penampilan mereka dikemas secara reflektif dan ekspresif. Bukan sekadar hiburan, melainkan pengalaman spiritual dan budaya yang menghubungkan penonton dengan nilai-nilai leluhur.
Ritual dan Tata Artistik Tampilkan Kedalaman Makna
Yang membuat Ritmik Madura di Sumenep terasa lebih istimewa adalah konsep artistiknya. Panggung ditata dengan elemen-elemen simbolik yang mencerminkan kekayaan lokal. Sorotan lampu yang dramatis dan pencahayaan berganti-ganti mengikuti alur pertunjukan menambah kesan teatrikal.
Sebagai pembuka acara, pembacaan Ratib Syaikhona Kholil menjadi bagian penting. Ratib tersebut tidak hanya sebagai penghormatan terhadap tokoh besar Madura, melainkan juga sebagai pembuka ruang spiritual yang menenangkan. Banyak penonton merasa bahwa ritual itu mempererat hubungan antara generasi muda dengan akar budaya mereka.
Dalam momen waktu itu, pertunjukan tidak hanya berbicara tentang estetika, tetapi juga spiritualitas. Penonton diajak untuk mengalami, bukan hanya menyaksikan. Hal inilah yang menjadikan Ritmik Madura di Sumenep begitu dikenang.
Pamekasan Bersiap dengan Warna Musik yang Baru
Menjelang pertunjukan di Pamekasan pada 28 Juni 2025, spekulasi terus berkembang. Banyak pihak menyebut bahwa susunan pengisi acara akan mengalami perubahan. Ditambah lagi, muncul kabar bahwa kelompok musik lokal dari Pamekasan sendiri akan tampil menyelingi tampilan Kasokan.
Terkait lagu-lagu Kasokan, apakah ada perubahan. Tentu jawabannya masih belum ada yang tahu. Yang jelas, lagu Kasokan dalam album Nata Bã' ada banyak, yaitu kisaran belasan. Tentu jika diprediksi, Kasokan akan menghaturkan lagu sesuai dengan situasi wilayah singgah.
Kendati pun demikian, lagu yang Kasokan bawakan, tetap akan mengajak penonton lebih mendalami kebaikan. Musik berbeda, namun tetap dalam bingkai budaya Madura. Apalagi daerah yang disinggahi ini memang dikenal memiliki banyak kelompok musik berbasis pesantren yang menggabungkan unsur tradisi dengan ekspresi modern.
Baik secara pasti, maupun kemungkinan besar, pertunjukan di Pamekasan akan menampilkan gabungan nuansa religius, kontemporer, dan etnik yang kuat. Tentunya hal ini bisa menjadi pembeda dari gelaran di Sumenep, sekaligus membuka peluang munculnya bakat baru dari wilayah tengah Madura.
Kasokan dan Jejak Digital Musik Madura
Sukses di panggung fisik bukan satu-satunya pencapaian Kasokan. Di platform digital seperti YouTube, Spotify, dan SoundCloud, grup ini mulai mendapat tempat di hati pendengar. Lagu-lagu dari album Nata Aba’ sering kali diputar ulang karena dianggap membawa makna yang dalam.
Video di channel @kasokanid ditonton ribuan kali. Kolom komentar dipenuhi apresiasi dari pendengar yang bukan hanya berasal dari Madura, tetapi juga luar daerah. Hal ini menunjukkan bahwa musik tradisional Madura, memiliki potensi menjangkau lebih luas dengan dukungan teknologi digital.
Langkah yang ditempuh Kasokan menjadi inspirasi bagi musisi lain. Distribusi digital memberi peluang agar budaya lokal tetap relevan di tengah era global. Digitalisasi bukan ancaman, melainkan alat untuk memperluas jangkauan karya tradisi.
Rangkaian Tur Budaya Menuju Sampang dan Bangkalan
Setelah Pamekasan, Ritmik Madura 2025 akan melanjutkan perjalanan ke Sampang dan Bangkalan. Agenda ini tidak sekadar pertunjukan seni, melainkan kegiatan yang juga fokus pada budaya dan kolaborasi antar seniman. Dari itu bisa dilihat, bahwa Kasokan memiliki membangun kembali jalinan kebudayaan Madura secara kolektif dan partisipatif.
Tur yang bertajuk Ritmik Madura 2025, membawa misi penting. Bukan hanya pelestarian budaya, melainkan juga penyadaran terhadap identitas lokal. Di tengah derasnya arus budaya global, Ritmik Madura menjadi cara kreatif untuk menanamkan kembali kebanggaan terhadap tradisi.
Dengan semangat kolaboratif dan keterbukaan terhadap inovasi, setiap daerah akan menyumbang warna tersendiri. Ini memperkaya semangat bersama untuk menjaga Madura tetap berdiri teguh sebagai kawasan yang punya warisan budaya besar.
Panggung Tradisi Siap Terang di Pamekasan
Sabtu malam besok, akan menjadi momentum baru bagi budaya Pamekasan. Panggung megah telah disiapkan, seniman telah bersiap, dan masyarakat menanti kejutan baru dari panggung tradisi ini. Apakah akan sekuat Sumenep atau justru menghadirkan kejutan tak terduga?
Ritmik Madura di Pamekasan menjadi bukti bahwa tradisi tak pernah mati. Selama ada ruang untuk berekspresi, selama ada penonton yang mau menyimak, irama budaya akan terus berdenyut. Perjalanan ini masih panjang, dan malam besok akan menjadi bagian penting dari langkah besar itu.*