Ritmik Madura 2025 di Sumenep Sukses Digelar, Lagu Sé Agung Gunjang Batin Penonton

Lagu “Sé Agung” ada di konser Ritmik Madura 2025 di Sumenep dengan aaan syahdu, hadirkan pengalaman spiritual lewat sinden ejung khas Madura.
Tretan Kasokan foto bersama dengan Kiyai Faizi (Ulama' dan Sastrawan Madura) pasca melewati berbagai penampilan/Doc/Kasokan

SastraNusa.id, Sumenep - Malam itu, langit Sumenep terasa berbeda. Sabtu, 14 Juni 2025 satu minggu lalu, alun-alun kota atau lebih jelasnya itu di Kraton Sumenep, tak sedikit masyarakat sekitar yang menanti penampilan Kasokan Madura. 

Begini, coba Ajunan bayangkan, sorotan lampu temaram yang menciptakan suasana yang khidmat dan magis, seolah semesta pun bersiap menyaksikan suatu penampilan yang sangat dinanti.

Ketika lampu itu diredupkan dan musik mulai dimainkan, penonton terdiam. Dentingan alat musik tradisional mengantar suara lirih dari beberapa vokalis yang duduk bersimpuh di panggung. Suara itu datang dari senandika bercengkok khas ejung. Dengan penuh penghayatan, lagu “Sé Agung” pun dimulai.

Tak lama kemudian, rasa haru menyapu seluruh penjuru Kraton. Semua orang tampak tersihir, tenggelam dalam dimensi musikal yang tak lagi sekadar pertunjukan. Ada keheningan yang menggema juga, bahkan membawa tiap pendengar untuk merenungi sesuatu yang agung dalam dirinya sendiri.

Baca Juga: Ritmik Madura 2025 Hadirkan Pertunjukan Budaya Memukau, Telisik di Sini Yuk!

Cengkok Ejung yang Tak Tergantikan

D Zawawi (Penyair dan Budayawan Madura) memberikan tutur sepuh. Peristiwa ini terjadi sebelum lagu Se Agung dinyanyikan/Doc/Kasokan

Lagu “Sé Agung” tidak dibuka dengan gebukan ritmis seperti pertunjukan pop atau orkestra modern. Sebaliknya, lagu ini muncul dari senandika—semacam puisi yang dilantunkan dengan cara khas ejung, yaitu teknik sinden Madura Barat. Perlu Ajunan ketahui, bahwa tidak sembarang orang bisa melakukannya. Teknik ejung ini menuntut pemahaman pada tangga nada pentatonis serta kepekaan rasa yang terlatih bertahun-tahun.

Begini, nada-nada tinggi disampaikan dalam vibrato tipis namun menggigit. Sinden yang membawakannya membiarkan nada bergulir lembut tetapi tegas, menciptakan efek hening yang bukan berarti kosong, melainkan penuh makna. Penonton diam bukan karena tidak paham, tetapi justru karena sangat mengerti bahwa bagian tersebut menyimpan nilai sakral.

Karakter ejung yang memadukan melodi tradisional dengan kekuatan spiritual menjadikan lagu ini istimewa. Bukan hanya sekadar nyanyian biasa, melainkan sebuah klimaks yang menyatukan penonton dengan keseluruhan esensi pertunjukan.

Pengalaman Emosional yang Mendalam

Ketika lagu memasuki bagian tengah, suasana terasa seperti ritual. Suara sinden makin lama makin larut dalam zikir lirih yang menggema. Momen ini menandai puncak emosional konser Ritmik Madura. Banyak penonton tampak mengusap mata atau menunduk, bukan karena lelah, tetapi karena larut dalam perasaan yang dibangun oleh alunan tersebut.

Penonton seakan diajak melakukan perjalanan spiritual. Zikir dan melodi yang disuarakan tidak menggurui, namun mengajak masuk ke dalam ruang hening yang bersifat meditatif. Di sanalah kekuatan lagu ini terletak. Tak perlu visual rumit, cukup nada dan penghayatan yang tulus, lagu “Sé Agung” mampu menyentuh sisi terdalam manusia.

Keseimbangan antara teknik vokal tradisional dan rasa yang mengalir membuat lagu ini begitu sempurna sebagai pamungkas. Momen tersebut bukan hanya menjadi akhir dari pertunjukan, melainkan juga titik terang dari seluruh rangkaian konser budaya yang dihelat.

Bagian Terakhir dari Rangkaian Besar

Ritmik Madura 2025 adalah pertunjukan keliling budaya yang tahun ini diselenggarakan di empat kabupaten. Dimulai dari Sumenep, lalu berlanjut ke Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan. Di tiap lokasi, konsep pertunjukan dibawa secara berjenjang sehingga Sumenep sebagai pembuka tetap diberikan klimaks tersendiri.

Sementara lagu “Sé Agung” memang tidak ditempatkan sembarangan. Sebelum lagu ini dinyanyikan, sudah lebih dulu tampil beragam seni seperti pembacaan puisi, dan teatrikal pendek. Dengan penyusunan tersebut, atmosfer yang terbangun mengantar penonton pada satu titik emosional yang tertinggi.

Dalam konsep panggung yang mengusung keterhubungan spiritual dan musikal, penempatan “Sé Agung” sebagai lagu yang spirit namun ringan menjadi keputusan yang sangat tepat. Lagu ini menyatukan segala unsur pertunjukan dan membawa pulang makna bagi penontonnya.

Lirik Lagu yang Masih Misterius

Suasana saat Pemain musik termasuk Vokalis dan Pengejung Kasokan sedang Menyanyikan Lagu Se Aghung/Doc/Kasokan

Meski popularitasnya semakin meningkat, lirik lagu “Sé Agung” masih belum dipublikasikan secara resmi. Belum ada rilisan dari Kasokan sebagai pencipta lagu, baik dalam bentuk fisik maupun digital. Namun tidak menutup kemungkinan platform seperti YouTube dan Spotify yang sudah memuat lagu tersebut telah mencantumkan teks lirik. Artinya Admin Kasokan telah menambahkan liriknya.

Untuk Ajunan yang ingin memahami makna lirik secara utuh, ada beberapa cara yang bisa dicoba. Pertama, menghubungi langsung pihak Kasokan melalui media sosial atau kontak resmi dari album Nata Abâ’. 

Kedua, bertanya kepada komunitas musik Madura yang mungkin menyimpan catatan atau pernah menyaksikan langsung pertunjukan lagu ini. 

Terakhir, kamu bisa mencoba mentranskrip sendiri dengan cara mendengarkan ulang konser rekaman. Memang cukup menantang, tetapi karena vocal sinden ejung cenderung jelas dalam artikulasi, hal ini cukup mungkin dilakukan.

Keunikan lagu ini justru terletak pada betapa terbatasnya informasi yang tersedia. Dengan begitu, pengalaman menikmati lagu menjadi lebih personal, tidak dibingkai oleh interpretasi orang lain. Proses pencarian lirik menjadi bagian dari perjalanan spiritual itu sendiri.

Kekuatan Musik Tradisi di Tengah Arus Modern

Dalam lanskap musik Indonesia yang semakin terpengaruh genre global, kehadiran lagu seperti “Sé Agung” menjadi pengingat bahwa musik tradisi belum kehilangan tempat. Bahkan, dalam panggung sebesar Ritmik Madura, musik seperti ini masih mampu menjadi titik puncak yang dinanti.

Bukan hanya karena teknik yang digunakan sulit ditiru, tetapi karena kejujuran emosi yang disampaikan. Lagu ini tidak dibuat untuk viral, tetapi untuk menghidupkan nilai-nilai spiritual yang kian jarang disentuh dalam konser besar.

“Sé Agung” bukan sekadar lagu spirit, melainkan penanda bahwa kesenian lokal tetap punya tempat yang sakral dan dihormati. Dalam diam para penonton malam itu, tersimpan kekaguman pada harmoni antara budaya, spiritualitas, dan musik.*

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama