![]() |
Sholat Idul Adha di Rutan Sampang Penuh Makna Kebersamaan (illustrasi) |
SastraNusa.id, Sampang - Langit Sampang mulai memucat ketika barisan para warga binaan berjalan perlahan ke lapangan utama. Di antara gemuruh langkah dan lantunan takbir, suasana haru pun ikut mengisi pagi itu. Jumat, 6 Juni 2025 menjadi hari yang berbeda di Rutan Kelas IIB Sampang.
Bukan hanya karena hari besar umat Islam, tetapi juga karena kekhusyukan dan kehangatan yang tercipta di balik jeruji besi. Lapangan yang biasanya digunakan untuk pembinaan dan aktivitas fisik, pagi itu berubah menjadi tempat penuh doa dan harapan.
Tepat pukul 06.00 WIB, pelaksanaan Sholat Idul Adha dimulai. Semua terlihat tertib. Tidak ada hiruk pikuk. Hanya kekhusyukan yang terasa menenangkan. Wajah-wajah para warga binaan tampak penuh harap, mengiringi setiap gerakan sholat dengan penuh kesadaran.
Kehadiran Kepala Rutan dan Jajaran Pegawai
Pelaksanaan ibadah tidak hanya diikuti oleh para warga binaan, tetapi juga dihadiri langsung oleh Kepala Rutan Kelas IIB Sampang beserta jajaran pegawai. Kebersamaan yang terjalin pada hari itu menunjukkan tak ada sekat antara petugas dan warga binaan.
Kegiatan ini menjadi bagian dari pembinaan yang rutin dilakukan oleh pihak rutan. Tujuannya bukan semata ritual, melainkan untuk membentuk karakter dan mental para warga binaan agar lebih religius dan bermakna. Nuansa kekeluargaan yang terbangun terasa begitu kuat sejak awal hingga akhir pelaksanaan.
Ustad Fathur Rohman Pimpin Sholat dan Khutbah
Ibadah Sholat Idul Adha kali ini, dipimpin langsung oleh Ustad Fathur Rohman yang bertindak sebagai imam sekaligus khatib. Dalam khutbahnya, dia menyampaikan pesan-pesan mendalam mengenai keikhlasan, pengorbanan, serta keteguhan iman dalam menghadapi ujian kehidupan.
Pesan yang disampaikan menyentuh sisi emosional para jamaah. Banyak dari mereka yang tampak merenung, menyerap setiap kata dengan penuh kesungguhan. Kisah Nabi Ibrahim AS yang rela mengorbankan putranya menjadi bahan renungan mendalam bagi seluruh warga binaan yang sedang menempuh masa hukuman.
Membangun Kembali Harapan Lewat Ibadah
Kepala Rutan menyampaikan, bahwa kegiatan keagamaan seperti Sholat Idul Adha menjadi salah satu program pembinaan rohani yang dijalankan secara konsisten. Hal ini bertujuan untuk memberi ruang refleksi dan perbaikan diri bagi warga binaan, sekaligus membangun kembali harapan dan semangat hidup yang mungkin sempat padam.
Ibadah tersebut berlangsung tertib dan lancar. Tidak hanya sebagai kewajiban keagamaan, kegiatan ini juga menjadi cara untuk memperkuat nilai-nilai spiritual serta mempererat hubungan sosial antar sesama di lingkungan rutan.
Nuansa Kehangatan dalam Keterbatasan
Di balik tembok tinggi dan pengawasan ketat, pelaksanaan Sholat Idul Adha justru memperlihatkan sisi lain dari kehidupan warga binaan. Meskipun berada dalam lingkungan yang terbatas, mereka tetap bisa merasakan kehangatan dan nilai-nilai keagamaan yang murni.
Petugas rutan yang turut berbaur dengan warga binaan menjadi simbol bahwa batas antara pengawas dan yang diawasi bisa luluh dalam ikatan ukhuwah. Keberagamaan mampu menjembatani perbedaan dan membangun solidaritas, bahkan dalam ruang tahanan sekalipun.
Wujud Pembinaan yang Membumi
Pelaksanaan ibadah besar seperti Idul Adha di lingkungan pemasyarakatan tidak hanya membawa dampak spiritual semata, tetapi juga memperlihatkan hasil nyata dari pendekatan pembinaan yang humanis. Cara ini menciptakan suasana religius yang mendalam dan membantu warga binaan menjauh dari perilaku destruktif.
Momentum tersebut menjadi wujud nyata bahwa keimanan dan perubahan positif bisa tumbuh kapan saja dan di mana saja, termasuk di dalam rutan. Kebersamaan yang terjalin antara petugas dan warga binaan mencerminkan keberhasilan proses pembinaan yang tidak hanya berorientasi pada hukum, tetapi juga pada hati nurani.
Sholat Idul Adha 1446 Hijriah yang berlangsung di Rutan Kelas IIB Sampang menjadi momen yang tak terlupakan. Dalam suasana yang penuh haru dan ketenangan, semua yang hadir merasakan makna pengorbanan, ketulusan, dan harapan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Momen keagamaan seperti ini penting untuk terus dilestarikan sebagai bagian dari program pembinaan yang membumi. Di balik pagar tinggi dan jeruji besi, spiritualitas tetap bisa tumbuh dan membawa sinar perubahan bagi siapa pun yang mau membuka hati.*