H Salimin Perantau dari Madura di Panceng, Kopinya Berbicara dengan Hati!

H Salimin Perantau dari Madura di Panceng, Kopinya Berbicara dengan Hati!
Kopi hasil Olahan Pak Salimin di Warung Mamikasal/SastraNusa.id/Aryo_Helap

SastraNusa.id, Gresik - Di balik kepulan asap kopi yang menguar dari gelas-gelas kecil, nama Warung Mamikasal begitu dikenal di sekitar Gerbang Sirowiti, Panceng, Gresik. Jenengan erlu engetahui, bahwa tempat ini bukan hanya sebuah warung sederhana. Bahkan Ketimbang lokasi di sekitarnya, warung ini hampir tak pernah sepi terutama saat pagi menjelang siang. Pelanggan pasti berdatangan silih berganti, menyatu dalam aroma kopi yang kuat dan suasana jadul yang memikat.

Warung ini milik seorang pria yang dikenal dengan sapaan Pak H Salimin. Meski wajahnya sudah tak lagi muda, senyumnya tetap ramah menyambut siapa pun yang masuk ke warung kecilnya. Tak banyak yang tahu, bahwa pria ini sebenarnya berasal dari Madura. Namun belum ada yang bisa memastikan dengan pasti dari kabupaten mana asalnya.

Yang jelas, kopi buatannya seperti menyimpan cerita. Dipatikan setiap tegukan, meninggalkan rasa yang khas. Nah, hal itulah yang menjadi alasan mengapa pelanggan tak ingin buru-buru pulang.

Perantauan yang Menetap Sejak 1980-an

Menurut informasi yang berhasil dihimpun dari warga sekitar, menyebutkan bahwa Pak H Salimin telah tinggal di Panceng sejak awal 1980-an. Dia datang sebagai seorang perantau yang mempersunting seorang perempuan dari daerah setempat. Sejak saat itu, kehidupannya mulai menetap, hingga kini dikenal sebagai pemilik warung kopi paling ramai di daerah Gerbang Sirowiti.

Warung itu disebut-sebut oleh orang dengan satu kata, yaitu Mamikasal. Tak sedikit yang penasaran dengan arti dari nama tersebut. Namun yang lebih mencuri perhatian, warung ini bukan sekadar tempat menjual kopi. Tetapi tempat ini juga menjadi titik pertemuan banyak cerita, candaan, dan diskusi panjang para warga.

Banyak pelanggan tetap yang mengaku telah puluhan tahun menjadi langganan setia. Mereka menyebut, tak hanya soal rasa kopi yang bikin candu, tapi juga karena pelayanan yang luar biasa ramah. Ditambah dengan suasana warung yang khas, berkonsep jadul dengan kursi kayu panjang dan dinding sederhana, menjadikan tempat ini seperti rumah kedua bagi banyak orang.

Suasana Warung yang Menarik untuk Nongkrong

Warung Mamikasal tidak tampil mewah atau modern. Dari kesederhanaan, pesona warung tersebut sunggu sangat menakjubkan. Semenara pelanggan yang datang bukan hanya dari kalangan warga sekitar Sirowiti, tetapi juga banyak yang datang dari desa lain. Bahan warung ini menjadi icaran beberapa mahasiswa dan pegiat seniyang cinta kopi.

Menurut pengamatan SastraNusa.id, dekorasi warung tetap dipertahankan seperti sejak awal berdiri. Hal itu terbukti dari kayu tua yang dipakai untuk tiang. Bahkan atapnya, menjadi nilai estetik tersendiri. Pad intinya,suasana semacam ini menciptakan kesan nostalgia bagi para pengunjung yang merindukan masa lalu. Sehingga patut apabila tak sedikit yang akhirnya betah berlama-lama duduk sembari menikmati secangkir kopi tumbuk khas buatan tangan Pak H Salimin.

Seorang pelanggan tetap mengungkapkan bahwa pelayanan di warung ini seperti di rumah sendiri. Tidak terburu-buru, tidak ribut, dan selalu disambut dengan sapaan hangat. Kopinya pun bukan sembarangan, karena ditumbuk sendiri dan disajikan dengan cara khas yang membuat rasa tetap otentik sejak tegukan pertama.

Kopi Tumbuk Khas yang Jadi Andalan

Tak hanya menyajikan kopi langsung di tempat, Pak H Salimin juga membuka layanan pemesanan kopi dalam bentuk kemasan. Perlu jenengan ketahui, bahwa kopi tumbuk buatan warung Mamikasal ini diracik khusus, dan bisa dibawa pulang dalam kemasan sederhana. Inisiatif ini tentu menjadi daya tarik tersendiri. Hal itu juga termasuk salah satu alasan banyak pelanggan yang ingin tetap menikmati cita rasa kopi buatan Pak Salimin meskipun tak sedang di warung.

Jika ajunan betanya tentang proses pengemasan kopi di warung itu, tentu dilakukan dengan cara tradisional. Yakni proses penggilingan yang masih memakai metode lama yang menghasilkan aroma lebih pekat dan cita rasa lebih kuat. Mka karena itulah pelanggan tak hanya menjadikan warung ini sebagai tempat nongkrong, tapi juga pusat oleh-oleh kopi khas Panceng yang otentik.

Warung Mamikasal juga kerap menjadi tempat berkumpul komunitas kecil. Tentunya erka elakkan diskusi ringan, obrolan politik santai, hingga rencana kegiatan sosial sering digelar di sini. Bagi banyak orang tempat ini bukan sekadar warung kopi, tetapi semacam ruang interaksi sosial yang hidup dan menyenangkan.

Menjaga Cita Rasa, Merawat Kenangan

Dari pemerosesan pembuatan kopi dan pelayanan kepada pelanggan, tampaknya Pak H Salimin selalu menjaga kualitas rasa kopinya dengan sangat serius. Kemungkinan besar dia tahu tentang pelanggan yang datang bukan hanya ingin minum kopi, tetapi juga menikmati suasana yang berbeda dari kebanyakan tempat. Mka tak heran jika sampai hari ini, meski zaman sudah berubah, warung itu tetap eksis dan bahkan makin dikenal luas.

Ketika ditanya mengenai rahasia di balik suksesnya warung Mamikasal, sebagian pelanggan hanya menjawab singkat. Yakni jawbannya: karena rasa, pelayanan, dan suasana. Kombinasi tiga hal itulah yang kini makin langka ditemukan, apalagi di tengah gempuran kedai-kedai kopi modern yang kadang terlalu sibuk dengan estetika dan teknologi.

Sepetinya perluajunan aris bawahi, bahwa warung milik Pak H Salimin menjadi bukti tentang kesederhanaan yang bisa tetap hidup di tengah zaman yang berubah. Kemudian cita rasa, keramahan, dan konsistensi adalah kunci untuk bertahan, bahkan menjadi inspirasi banyak orang.

Kisah perantau dari Madura menetap di Panceng dan membangun sebuah warung kecil yang kini jadi tempat legendaris ini, seakan menggambarkan bahwa perjuangan tak selalu harus dalam bentuk besar. Kadang cukup dengan segelas kopi, tempat sederhana, dan hati yang tulus dalam melayani, semuanya bisa menjadi cerita yang panjang dan bermakna.

Ayo sebarkan, bawha warung Mamikasal bukan hanya tentang kopi. Melainkan tentang dedikasi, kehangatan, dan kenangan yang terus dirawat dari masa ke masa.*

Tidak ada komentar untuk "H Salimin Perantau dari Madura di Panceng, Kopinya Berbicara dengan Hati!"