Mengapa Santunan Perlu Dipublikasikan? Ini Alasan Sosial dan Moralnya
![]() |
Mengapa Santunan Perlu Dipublikasikan? Ini Alasan Sosial dan Moralnya (Foto : Illustrasi/SastraNusa) |
SastraNusa.id, - Di tengah meningkatnya kepedulian sosial masyarakat, praktik memberi santunan kerap menjadi bagian penting dari kehidupan keagamaan dan kemanusiaan.
Namun, publikasi kegiatan santunan—baik oleh individu, lembaga, maupun organisasi—masih sering menuai perdebatan. Ada yang menilai sebagai ajang pamer, namun tak sedikit pula yang melihatnya sebagai langkah strategis untuk mendorong gerakan kebaikan dan menjamin transparansi.
Pada titik ini, pertanyaannya menjadi relevan: apakah publikasi kegiatan santunan memang perlu? Jika iya, apa alasan sosial dan moral di baliknya?
Transparansi: Jalan Panjang Menuju Kepercayaan Sosial
Salah satu alasan utama mengapa publikasi santunan penting adalah untuk menjaga dan meningkatkan kepercayaan publik, terutama bagi lembaga atau organisasi yang menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat. Dalam konteks ini, publikasi bukan sekadar informasi, melainkan bentuk akuntabilitas yang menunjukkan bahwa bantuan benar-benar sampai kepada penerima.
Masyarakat kini semakin kritis dalam menilai lembaga sosial. Laporan keuangan saja tidak cukup; mereka ingin melihat bukti visual dan naratif bahwa dana digunakan dengan tepat. Publikasi berupa dokumentasi penyaluran, testimoni penerima manfaat, serta laporan kegiatan akan membangun kredibilitas lembaga.
Transparansi ini menjadi fondasi kepercayaan yang akan menentukan keberlangsungan program jangka panjang.
Dampak Psikologis: Mengajak dengan Keteladanan
Dalam sisi moral dan sosial, publikasi santunan bisa menjadi bentuk ajakan tidak langsung kepada masyarakat luas untuk ikut terlibat dalam kebaikan. Manusia pada dasarnya mudah tergerak oleh cerita dan contoh nyata.
Ketika seseorang melihat bahwa ada yang menyumbang atau berbagi dengan yatim, dhuafa, atau korban bencana, mereka cenderung merasa terdorong untuk melakukan hal serupa.
Inilah yang disebut sebagai social modeling—model sosial yang mempengaruhi perilaku kolektif.
Sebagaimana Sabda Rasulullah,
"Barang siapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang melakukannya."(Hadist Riwayat Muslim, no.1893)
Maka publikasi yang dilakukan bukan dalam rangka membanggakan diri, tetapi menunjukkan jalan bagi orang lain untuk turut beramal.
Publikasi semacam ini bahkan bisa memperluas cakupan donasi. Mereka yang awalnya pasif bisa menjadi donatur, mereka yang kurang tahu bisa menjadi relawan, dan mereka yang belum peduli bisa mulai tergerak hatinya. Singkatnya, kebaikan yang tampak akan lebih mudah menular dibanding kebaikan yang disembunyikan.
Menghindari Kecurigaan dan Fitnah Sosial
Tanpa publikasi dan keterbukaan, lembaga sosial rentan terhadap prasangka. Tidak sedikit kasus di mana lembaga atau individu yang sebenarnya tulus justru dicurigai menyelewengkan dana karena minimnya informasi publik. Publikasi yang proporsional dapat menjadi alat preventif terhadap isu negatif dan fitnah.
Dengan memublikasikan santunan secara jelas, jujur, dan objektif, lembaga bisa menghindari keraguan yang tidak perlu. Di tengah maraknya kasus penipuan berkedok donasi, transparansi bukan lagi pilihan, tetapi keharusan.
Masyarakat berhak tahu ke mana sumbangan mereka disalurkan, dan lembaga punya kewajiban moral untuk menunjukkan bukti tanggung jawabnya.
Bukan Soal Pamer, Tapi Soal Amanah
Tentu, publikasi santunan tetap perlu memperhatikan adab dan etika. Jangan sampai merendahkan martabat penerima manfaat atau mengeksploitasi kesedihan mereka. Identitas penerima bisa disamarkan, dan fokus narasi sebaiknya lebih pada proses serta dampaknya, bukan pada siapa yang memberi atau seberapa besar nominalnya.
Penting untuk dipahami, bahwa dalam konteks lembaga atau komunitas, publikasi bukanlah ajang untuk pamer, melainkan sarana menjaga amanah dan membangun budaya berbagi. Moralitasnya tidak terletak pada “menunjukkan” atau “menyembunyikan”, tetapi pada niat dan tujuan dari publikasi itu sendiri.
Kesimpulan: Membangun Budaya Kebaikan yang Terbuka
Dalam era digital seperti sekarang, publikasi kegiatan sosial seperti santunan memiliki dampak yang sangat luas. Bukan hanya sekadar dokumentasi, tapi juga alat edukasi, inspirasi, dan transparansi.
Ia bisa menjadi pemantik gerakan sosial yang lebih besar dan lebih berkelanjutan.
Asalkan dilakukan dengan niat yang lurus, etika yang dijaga, dan informasi yang akurat, publikasi santunan justru menjadi jembatan antara masyarakat yang ingin berbagi dan mereka yang membutuhkan.
Dengan begitu, publikasi bukan lagi soal citra, melainkan bagian dari misi sosial yang luhur: menghidupkan kebaikan dan menjaga amanah.
Catatan Redaksi:
Riya (pamer) adalah urusan niat. Selama lembaga memublikasikan santunan bukan untuk kesombongan, tetapi untuk transparansi dan ajakan, maka hal itu termasuk perbuatan yang dianjurkan, sebagaimana disebut dalam QS. Al-Baqarah: 271 dan hadis shahih Muslim tentang pahala menunjukkan kebaikan.***
Tidak ada komentar untuk "Mengapa Santunan Perlu Dipublikasikan? Ini Alasan Sosial dan Moralnya"