Outing Class MI Ihya'ul Ulum Sukodono Panceng, Napak Tilas Spiritual di Gresik

Foto bersama Dewan Guru dan Murid/SastraNusa.id

SastraNusa.id_Gresik.Siswa siswi Madrasah Ibtidaiyah Ihyaul Ulum Sukodono Panceng mengadakan kegiatan outing class bertema wisata religi. Kegiatan ini berlangsung di beberapa situs sejarah dan makam waliyullah di Kabupaten Gresik. Tujuan utama kegiatan memperkenalkan peserta didik pada warisan spiritual dan budaya Islam lokal.  

Kunjungan diawali dari kompleks makam Maulana Malik Ibrahim di Desa Gapuro Sukolilo. Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan menuju makam Eyang Puspo Negoro. Lokasi berikutnya mencakup area makam Sunan Giri dan Makam Panjang Siti Fatimah binti Maimun. Kegiatan ditutup dengan ziarah ke Makam Kanjeng Sepuh Sidayu serta kunjungan edukatif ke Museum Kanjeng Sepuh.  

Program ini dirancang untuk menanamkan nilai sejarah dan keagamaan sejak dini. Para siswa memperoleh pemahaman konkret tentang peran wali songo dalam penyebaran Islam di Jawa. Kegiatan ini juga memperkuat kurikulum madrasah terkait pendidikan karakter berbasis kearifan lokal.  

Ziarah ke Makam Maulana Malik Ibrahim

Lokasi pertama yang dikunjungi adalah kompleks pemakaman Maulana Malik Ibrahim. Situs ini dikenal sebagai tempat peristirahatan wali songo pertama di Jawa. Para siswa mendengarkan penjelasan guru pendamping tentang peran tokoh tersebut dalam membangun pondasi Islam di Nusantara.  

Suasana khidmat terasa saat rombongan tiba di area makam. Anak anak secara bergiliran membaca tahlil dan doa bersama. Mereka memperhatikan arsitektur khas makam yang memadukan unsur Islam dan budaya lokal.  

Pemilihan makam ini sebagai titik awal memiliki makna simbolis. Maulana Malik Ibrahim dianggap pelopor dakwah Islam inklusif di Jawa. Kunjungan memberi gambaran tentang metode dakwah berbasis kultural yang relevan hingga kini.  

Eksplorasi Makam Eyang Puspo Negoro 

Perjalanan dilanjutkan menuju makam Eyang Puspo Negoro. Tokoh ini merupakan bupati pertama Gresik yang berjasa membangun tata kelola pemerintahan. Lokasi makam terletak di kawasan yang asri dan terjaga keasliannya.  

Guru pendamping memaparkan kontribusi Eyang Puspo Negoro dalam perkembangan Gresik. Para siswa antusias mendengarkan kisah kepemimpinan dan integritas beliau. Makam ini menjadi bukti sejarah tentang simbiosis kekuasaan dan spiritualitas di masa lampau.  

Keberadaan makam ini memperkaya wawasan siswa tentang sejarah lokal. Mereka memahami bahwa nilai kepemimpinan tidak terpisah dari tanggung jawab spiritual. Kunjungan ini menginspirasi pentingnya keteladanan dalam kehidupan bermasyarakat.  

Rangkaian Ziarah ke Sunan Giri 

Kompleks makam Sunan Giri menjadi destinasi berikutnya. Situs ini termasuk salah satu pusat penyebaran Islam terpenting di Jawa Timur. Para siswa mengamati arsitektur unik gapura dan bangunan pendopo yang masih terawat.  

Depan Gapura Makam Sunan Giri/SastraNusa.id

Di area makam, rombongan melaksanakan serangkaian kegiatan religi. Pembacaan ayat suci Al Quran dan doa bersama dilaksanakan dengan tertib. Anak anak memperhatikan detail ornamen kaligrafi yang menghiasi kompleks makam.  

Sunan Giri dikenal sebagai pendiri sistem pendidikan pesantren pertama. Kunjungan ini memberi perspektif baru tentang akar sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Para guru menekankan relevansi metode pendidikan Sunan Giri dengan sistem madrasah modern.  

Makam Panjang Siti Fatimah binti Maimun

Situs berikutnya yang dieksplorasi adalah Makam Panjang Siti Fatimah binti Maimun. Makam ini dianggap sebagai bukti tertua penyebaran Islam di Gresik. Batu nisan bertuliskan huruf Arab Kufi menjadi daya tarik utama lokasi.  

Para siswa mengamati keunikan bentuk makam yang memanjang. Guru sejarah madrasah menjelaskan perbedaan arsitektur makam ini dengan kompleks wali songo lainnya. Anak anak mencatat informasi tentang tahun pembuatan dan makna simbolis pada nisan.  

Keberadaan makam ini menjadi bukti arkeologis penting. Kunjungan memperkaya pemahaman siswa tentang fase awal Islamisasi di pesisir Jawa. Mereka belajar menghargai bukti sejarah sebagai bagian dari identitas keagamaan.  

Penutupan di Makam Kanjeng Sepuh Sidayu 

Rombongan tiba di Makam Kanjeng Sepuh Sidayu sebagai titik ziarah penutup. Lokasi ini merupakan tempat peristirahatan ulama besar penyebar Islam di wilayah Sidayu. Suasana sakral terasa di seluruh area pemakaman.  

Para siswa kemudian mendengarkan riwayat perjuangan Kanjeng Sepuh dalam berdakwah. Mereka mengamati struktur bangunan makam yang mencerminkan akulturasi budaya.  

Makam ini dipilih sebagai penutup rangkaian ziarah karena nilai historisnya. Kanjeng Sepuh merupakan figur yang menyebarkan Islam melalui pendekatan kultural. Kunjungan ini menegaskan pentingnya metode dakwah yang adaptif terhadap lokalitas.  

Pembelajaran di Museum Kanjeng Sepuh 

Kegiatan outing class mencapai puncaknya di Museum Kanjeng Sepuh. Museum ini menyimpan berbagai artefak sejarah penyebaran Islam di Sidayu. Para siswa menjelajahi ruang pamer dengan didampingi pemandu profesional.  

Koleksi museum mencakup naskah kuno, alat alat tradisional, dan benda pusaka. Anak anak memperhatikan replika kitab karya Kanjeng Sepuh yang dipajang rapi. Mereka juga mengamati diorama yang menggambarkan aktivitas dakwah masa lalu.  

Kunjungan museum menjadi sarana pembelajaran kontekstual yang efektif. Siswa memahami sejarah tidak sekadar melalui cerita tetapi bukti material. Kegiatan ini menanamkan apresiasi terhadap pelestarian benda benda bersejarah.  

Refleksi Kegiatan Edukatif 

Seluruh rangkaian outing class berjalan lancar dan penuh makna. Kegiatan ziarah wali dan kunjungan museum memberi pengalaman langsung pada siswa. Mereka tidak hanya belajar sejarah tetapi juga praktik nilai nilai keagamaan.  

Program ini sesuai dengan visi madrasah dalam penguatan pendidikan karakter. Pengenalan pada tokoh penyebar Islam membentuk kesadaran historis religius. Metode pembelajaran di luar kelas terbukti efektif memotivasi peserta didik.  

Kegiatan serupa akan menjadi agenda rutin tahunan madrasah. Pendekatan edukatif berbasis wisata religi terus dikembangkan. Harapannya siswa siswi dapat menjadi generasi yang menghargai warisan spiritual dan kearifan lokal.*

Tidak ada komentar untuk "Outing Class MI Ihya'ul Ulum Sukodono Panceng, Napak Tilas Spiritual di Gresik"