Warga Sampang Doyan Drama Komedi, Ternyata Karena ini!
![]() |
tawa saat menonton drama komedi/ilustrasi |
SastraNusa.id, Sampang - Bayangkan pada waktu sore, sejumlah warga berkumpul di sebuah lapangan kecil di pinggiran kota Sampang. Di hadapan mereka berdiri sebuah panggung sederhana yang dikelilingi pencahayaan seadanya. Namun tawa riang dan tepuk tangan penonton terdengar menggelegar, seolah tak peduli dengan fasilitas yang terbatas. Masyarakat umum mengatakan hal ini adalah drama komedi.
Tentunya fenomena ini bukan sekadar hiburan biasa. Pasalnya di tengah maraknya konten digital dan tayangan instan, ternyata masyarakat masih setia pada pementasan yang mengandalkan dialog lucu dan celoteh segar dari para pemain panggung.
Bahkan, banyak warga rela datang lebih awal demi mendapatkan posisi duduk yang strategis agar bisa melihat aksi pelawak secara langsung.
Salah satu pegiat seni di Sampang, Adil, menyebutkan bahwa kesukaan warga terhadap drama komedi sudah berlangsung sejak lama dan menjadi bagian dari kebudayaan setempat.
"Itu berlangsung dari dulu hingga sekarang," ujarnya dengan yakin.
Lawakan Lebih Ditunggu Daripada Nyanyian
Adil mengungkapkan, bahwa dulu sempat ada masa di mana orkes musik menjadi hiburan utama di berbagai sudut kota. Namun siapa sangka, justru segmen lawakan yang menjadi magnet utama bagi penonton. Masyarakat tak terlalu peduli siapa penyanyinya, selama ada pementasan jenaka yang menyelingi pertunjukan musik tersebut.
“Dulu itu orkes, ternyata penonton bukan menunggu nyanyinya. Tapi yang ditunggu adalah lawaknya,” ungkapnya.
Menurutnya, karakter humoris masyarakat Madura terutama di Kabupaten Sampang, menjadi alasan kuat mengapa drama komedi tetap memiliki tempat istimewa. Tontonan yang mengundang gelak tawa dianggap lebih menghibur, membumi, dan dekat dengan keseharian warga.
Sikap spontan, kata dia melanjutkan, guyonan khas Madura hingga bahasa lokal yang digunakan dalam pementasan menjadikan drama komedi terasa begitu akrab di telinga penonton. Selain itu, keterlibatan tokoh-tokoh lokal dalam pementasan semakin memperkuat rasa memiliki dari warga terhadap panggung seni tersebut.
Komedi Tradisional Masih Bertahan
Adil menyatakan, bentuk komedi tradisional ini bukan hanya bertahan, tetapi juga berkembang seiring waktu. Meskipun materi lawakan mengikuti zaman, tetapi nuansa lokal yang kental tetap dipertahankan sehingga tidak kehilangan identitasnya. Bahkan, sejumlah pelawak lokal kini mulai dilirik oleh media digital untuk dikembangkan dalam format video pendek.
"Sementara sekarang ini, sudah banyak pelawak lokal yang diundang ke channel YouTube guna tampil. Tentu mereka tidak menghilangkan gaya khas Madura-nya," katanya menerka.
Dia berpendapat, hal itu menunjukkan bahwa meski zaman telah berubah. Artinya nilai-nilai budaya dan seni lokal tetap relevan dan mampu beradaptasi. Komedi bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi media untuk menyampaikan pesan sosial, kritik ringan, hingga refleksi kehidupan sehari-hari.
Adil menambahkan, peran para pelaku seni tradisional sangat penting untuk menjaga keberlangsungan budaya lokal. Mereka mengapresiasi banyaknya anak muda yang mulai belajar melawak dan bergabung dengan komunitas seni.
Tantangan dan Harapan Pelaku Seni
Meski apresiasi masyarakat tinggi, lanjut dia mulai menangkis, tantangan bagi para pelaku seni tidaklah sedikit. Keterbatasan fasilitas, kurangnya dukungan dana, dan minimnya promosi sering menjadi hambatan utama dalam menggelar pementasan berkala. Namun semangat para pelaku seni tak surut begitu saja.
Ia berharap, pemerintah daerah bisa lebih memperhatikan geliat seni tradisional, terutama drama komedi yang telah terbukti menjadi hiburan favorit warga. Bantuan berupa tempat pertunjukan, pelatihan rutin, hingga promosi di media lokal bisa menjadi bentuk dukungan nyata.
Diutarakan Adil, apabila seni tradisional terus mendapatkan ruang, maka generasi muda juga akan tertarik untuk melestarikannya.
“Kalau dikasih kesempatan dan panggung, anak muda pasti ikut. Tapi kalau dibiarkan, nanti habis dengan sendirinya,” ucapnya dengan nada prihatin.
Drama Komedi sebagai Cermin Sosial
Dijelaskan, drama komedi di Sampang juga kerap menyisipkan isu-isu kehidupan nyata. Misalnya soal kemiskinan, kesenjangan sosial hingga masalah lingkungan. Melalui gaya penyampaian yang jenaka, pesan-pesan penting itu jadi lebih mudah diterima oleh penonton.
Tidak sedikit pula warga yang merasa terwakili oleh cerita-cerita yang dipentaskan. Mereka bisa tertawa sekaligus merenung atas kehidupan yang dijalani. Hal ini menjadi salah satu kekuatan unik dari drama komedi lokal yang tidak bisa tergantikan oleh hiburan modern lainnya.
“Kadang kita nggak sadar kalau lagi dikritik. Tapi karena lucu, malah dinikmati,”
"Pada intinya kehadiran drama komedi seolah menjadi jendela kebudayaan yang terus dibuka lebar oleh masyarakat Sampang. Tanpa disadari, pentas-pentas tersebut telah mempererat hubungan sosial dan memupuk rasa bangga terhadap identitas budaya sendiri," imbuhnya.
Menjaga Warisan, Menanam Tawa
Perjalanan panjang drama komedi di Sampang, tutur Adil memaparkan, membuktikan bahwa hiburan tradisional tak selalu harus ditinggalkan. Justru di tengah gempuran hiburan digital, warga tetap setia pada pentas yang membumi dan membahagiakan. Senyum dan tawa yang tercipta dari panggung sederhana itu, menyimpan makna yang dalam tentang rasa, budaya, dan kebersamaan.
Adil memungkaskan, Komunitas drama harus terus menjaga semangat itu. Dengan segala keterbatasan, mereka yakin bahwa selama masih ada tawa, maka seni tradisional akan tetap hidup.
“Yang penting bisa bikin orang senang. Itu saja sudah cukup bagi kami,” pungkasnya.