Desa Ketanen Rayakan Sedekah Bumi dengan Kemeriahan dan Kekompakan Warga
![]() |
Suasana saat pemberangkatan di RT. 02/SastraNusa.id/Zuhdi.swt |
SastraNusa.id.Gresik-Suasana haru dan sukacita menyelimuti lingkungan RT 02 RW 01 Desa Ketanen pagi itu. Warga berkumpul dengan pakaian adat Nusantara beraneka warna, siap menyemarakkan acara tahunan Sedekah Bumi. Ritual adat penghormatan terhadap alam dan leluhur ini digelar dengan khidmat sekaligus meriah, menampilkan kekompakan luar biasa warga yang dikenal dengan jargon Guyup Rukun. Antusiasme terpancar jelas dari raut wajah setiap peserta, mulai dari anak anak hingga sesepuh desa.
Dudok Sendang Membuka Rangkaian Penuh Makna
Pada hari minggu 10 Agustus 2025, Prosesi dimulai sebelum matahari tinggi. Warga berjalan beriringan menuju sumber air Sendang, tempat yang dianggap suci dan memberikan kehidupan. Ritual Dudok Sendang dilakukan dengan penuh khidmat. Beberapa sesepuh desa memimpin doa syukur atas ketersediaan air bersih yang menjadi sumber penghidupan pertanian dan keseharian. Suasana hening sejenak, hanya terdengar gemuruh air mengalir dan lantunan doa. Setiap warga tampak khusyuk, menyadari betapa alam telah memberikan rezeki yang tak ternilai. Air dari Sendang kemudian dipercikkan sebagai simbol penyucian dan harapan kesuburan tanah untuk musim mendatang.
Kirab Tumpeng Megah Pawai Budaya
Hari Senin 11 Agustus 2025 merupakan Puncak kemeriahan Sedekah Bumi terlihat pada Kirab Tumpeng. Sebuah Tumpeng Agung setinggi satu setengah meter karya RT 2, berhiaskan hasil bumi terbaik desa, menjadi pusat perhatian. Tumpeng menjulang bak monumen syukur. Dengan diiringi alunan gamelan dan tarian tradisional, kirab dimulai. Start dari Gapura utama RT 02, barisan panjang warga berbusana adat Nusantara mengarak tumpeng megah itu. Warna warni kain kebaya, jarik lurik, dan baju adat daerah lain menciptakan panorama memesona. Langkah mereka tegas namun penuh hormat, mengikuti irama musik pengiring.
![]() |
Tumpeng hasil karya warga/SastraNusa.id/Zuhdi.swt |
Arak arakan bergerak perlahan menuju makam Mbah Bakal Pundut, leluhur desa yang dihormati. Di makam, dilakukan prosesi Puja Serah, simbol penyerahan hasil bumi dan doa kepada leluhur. Kepala Desa Ketanen kemudian melepas keberangkatan kirab menuju lokasi akhir, Pasar Desa Ketanen. Perjalanan dari makam ke Pasar Desa menjadi pawai budaya sesungguhnya. Warga yang berbaris rapi di sepanjang jalan menyambut dengan sorak dan tepuk tangan. Suasana seperti membawa kembali nuansa zaman dahulu, di mana tradisi dan kebersamaan menjadi tiang kehidupan.
Dun Dun Lemah dan Doa Bersama Tutup Rangkaian Khidmat
Tiba di Pasar Desa Ketanen, tumpeng agung diletakkan di pelataran utama. Ritual Dun Dun Lemah pun digelar. Ritual unik ini melibatkan penanaman kembali beberapa jenis benih tanaman di tanah sekitar pasar. Tindakan simbolis ini mengandung pesan mendalam tentang regenerasi, kesinambungan, dan kewajiban manusia menjaga kelestarian bumi. Setiap warga, tua muda, turut serta mengambil bagian, mencangkul tanah dan menanam benih dengan penuh harap.
Rangkaian acara mencapai puncak spiritualitas pada Doa Bersama. Dipimpin oleh tokoh agama setempat, seluruh warga berkumpul melingkari tumpeng dan hasil bumi. Lantunan doa syukur dan permohonan keselamatan, kemakmuran, serta kelestarian alam mengalun khusyuk. Udara siang itu terasa sejuk dan penuh berkah. Suasana haru menyelimuti, terlihat dari beberapa warga yang menitikkan air mata. Doa bersama ini bukan hanya penutup acara, tetapi pengikat komitmen warga untuk terus menjaga kerukunan dan kelestarian adat istiadat.
Kompaknya Warga Jadi Kunci Sukses Acara
Keberhasilan acara ini RT 02 RW 01 tak lepas dari kompaknya seluruh warga. Muhammad Romadji S.Pd, Ketua RT 02, menekankan hal itu. Menurutnya, semangat Guyup Rukun bukan sekadar slogan. Setiap warga, tanpa paksaan, terlibat aktif. Mulai persiapan berhari hari sebelumnya hingga pelaksanaan hari itu. Ibu ibu menyiapkan sesaji dan dekorasi, bapak bapak mengurus logistik dan keamanan, pemuda mengkoordinir kirab dan kesenian, anak anak membantu sesuai kemampuan.
Tokoh masyarakat juga hadir memberikan dukungan penuh. Kehadiran tokoh seperti Ah. Khoiril Anam S.Pd, Sutopo, Khoirul Anam, dan H. Suratin selaku Ketua RW 01 memberi energi positif. Tokoh agama Zainur Rohim S.Ag dan Yahya S.Pd.I memastikan nilai nilai spiritual terpelihara dalam setiap prosesi. Dukungan juga datang dari BPD yang diwakili Ibu Mujiati S.Pd. Kolaborasi yang solid antara pengurus RT, dan seluruh warga inilah yang mengubah acara adat menjadi peristiwa kebudayaan yang menghangatkan hati.
Melestarikan Warisan untuk Generasi Mendatang
Sedekah Bumi di Desa Ketanen bukan sekadar ritual tahunan. Ia adalah ruang pembelajaran hidup. Anak anak menyaksikan langsung bagaimana orang tua mereka menghormati alam, menghargai leluhur, dan bekerja sama dalam kebersamaan. Nilai nilai kearifan lokal tentang kesederhanaan, syukur, dan gotong royong secara tidak langsung ditransfer melalui setiap tahapan acara.
Kemeriahan yang tercipta, mulai dari gemuruh gamelan mengalun, warna warni busana adat yang berkilauan, tumpeng menjulang yang mengundang decak kagum, hingga khusyunya doa bersama, semua menjadi memori kolektif yang menguatkan identitas warga. Acara ini membuktikan bahwa di tengah derasnya arus modernisasi, akar budaya yang dalam dan semangat kebersamaan yang kokoh masih mampu tumbuh subur, menjaga warisan leluhur tetap hidup untuk diturunkan pada generasi penerus Desa Ketanen. Semangat Guyup Rukun RT 02 RW 01 menjadi nyala terang yang memancarkan harapan bagi lestarinya tradisi luhur di bumi pertiwi.*
Tidak ada komentar untuk "Desa Ketanen Rayakan Sedekah Bumi dengan Kemeriahan dan Kekompakan Warga "