SN TOP

10 Bisnis ini Diperkirakan Musnah di Indonesia, Ada yang Sudah Runtuh!

10 Bisnis ini Diperkirakan Musnah di Indonesia, Ada yang Sudah Runtuh!
10 Bisnis ini Diperkirakan Musnah di Indonesia, Ada yang Sudah Runtuh! (Ilustrasi) 

SASTRANUSA - Perubahan zaman selalu membawa dampak besar bagi dunia usaha. Sementara kini, inovasi teknologi kian pesat dan membuat sejumlah bidang bisnis perlahan kehilangan pamor. Diketahui generasi baru lebih memilih cara yang cepat, praktis, dan efisien dalam memenuhi kebutuhan, sehingga banyak usaha tradisional mulai ditinggalkan.

Bagi pelaku usaha lama, kondisi ini tentu menjadi tantangan berat. Yakni, tidak sedikit yang gulung tikar karena kalah bersaing dengan layanan digital. Meski demikian, ada pula yang mampu beradaptasi dengan cara mengubah model bisnis agar tetap relevan di tengah gempuran teknologi.

Fenomena ini, tentu terjadi di hampir seluruh daerah di Indonesia. Artinya bisnis yang dulu pernah berjaya kini mulai terancam musnah, digantikan oleh layanan modern yang lebih sesuai dengan perilaku konsumen masa kini.

10 Bisnis Disinyalir Bahkan Runtuh

Berikut adalah sejumlah bisnis yang diperkirakan akan semakin berkurang keberadaannya.

1. Warung Telepon yang Tinggal Kenangan

Wartel pernah menjadi andalan masyarakat sebelum ponsel pintar hadir. Dulu, orang rela antre untuk bisa menelpon keluarga di kampung atau rekan bisnis. Namun, semuanya berubah ketika ponsel dengan akses internet murah hadir di genggaman. Kini, warung telepon hanya tersisa sebagai kenangan masa lalu.

2. Rental DVD dan VCD yang Tergusur Streaming

Era keemasan rental DVD dan VCD sudah berakhir. Kehadiran layanan streaming seperti Netflix, Disney+ Hotstar, Vidio, hingga YouTube membuat orang tak lagi menyewa kaset atau piringan optik. Koleksi fisik pun jarang diburu, kecuali oleh segelintir penggemar kolektor.

3. Penjual Pulsa Konvensional Kian Sepi

Dulu konter pulsa selalu ramai karena termasuk kebutuhan dasar masyarakat guna berkomunikasi dengan jarak jauh. Namun saat ini, dompet digital dan marketplace menyediakan layanan pembelian pulsa instan. Bahkan, perbankan sudah menambahkan fitur serupa. Akibatnya, konter kecil yang hanya mengandalkan penjualan pulsa harus berjuang keras untuk tetap bertahan.

4. Percetakan Foto Studio yang Tersisih Digital

Mencetak foto pernah menjadi kebiasaan wajib setelah bepergian atau mengabadikan momen. Namun, media sosial telah mengubah pola ini. Foto lebih sering disimpan secara digital dan dibagikan langsung di platform daring. Studio foto kini, bertahan dengan melayani kebutuhan profesional seperti pas foto resmi atau cetak kanvas.

5. Media Cetak yang Kehilangan Pembaca

Kemudian selanjutnya ada Koran. Usaha berkaitan juga dengan majalah ini dulu sempat menjadi sumber utama informasi. Kini, berita lebih cepat diakses lewat portal online atau media sosial. Penurunan oplah membuat banyak media cetak terpaksa menutup usaha, sementara sebagian lainnya beralih ke versi digital demi mempertahankan eksistensi.

6. Transportasi Konvensional yang Mulai Tergantikan

Di sejumlah kota, angkot yang dulunya merajai jalanan kini kian ditinggalkan. Kehadiran transportasi berbasis aplikasi membuat masyarakat lebih memilih layanan yang bisa dipesan dari ponsel. Praktis, cepat, dan transparan menjadikan transportasi konvensional sulit bersaing.

7. Toko Kaset dan CD Musik yang Redup

Musik digital benar-benar menggeser kebiasaan lama terutama pada musik yang ada dalam kaset dan CD. Apalagi kini, streaming membuat jutaan lagu dapat diakses kapan saja tanpa alat-alat tersebut. Imbasnya, toko musik yang dulu ramai kini hanya melayani kolektor atau penggemar barang lawas yang jumlahnya semakin sedikit.

8. Fotokopi dan Print yang Menyusut Drastis

Digitalisasi dokumen turut mengurangi kebutuhan fotokopi dan print. Perusahaan yang berurusan dengan ini, kini mulai beralih ke tanda tangan elektronik. Kemudian mahasiswa pun terbiasa mengirim tugas dalam bentuk file. Usaha fotokopi kecil yang tidak melakukan inovasi berpotensi kehilangan pelanggan tetap.

9. Jasa Pengetikan yang Hilang Pasar

Sebelum laptop dan ponsel pintar merata, jasa pengetikan manual di sekitar kampus selalu sibuk. Namun, kini mahasiswa dan pekerja kantor sudah terbiasa mengetik sendiri. Keberadaan jasa pengetikan semakin jarang ditemukan, kecuali di daerah tertentu dengan akses teknologi terbatas.

10. Travel Agent Offline yang Menyusut

Dulu agen perjalanan selalu menjadi tujuan utama saat merencanakan liburan. Kini, semua bisa dilakukan lewat aplikasi pemesanan tiket dan hotel. Hanya travel agent yang fokus pada paket perjalanan khusus atau layanan premium yang masih mampu bertahan di tengah dominasi digital.

Perubahan Bukan Berarti Hilang Total

Meski banyak bisnis tradisional yang terancam musnah, bukan berarti semuanya benar-benar hilang. Sebagian mampu bertahan dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan. Wartel bisa beralih menjadi pusat layanan internet, percetakan foto menawarkan jasa cetak custom, hingga agen perjalanan yang fokus pada niche market tertentu.

Pada intinya perubahan zaman tidak bisa dihindari, hanya pelaku usaha yang berani beradaptasi yang akan terus hidup di tengah arus digitalisasi. Bagi yang enggan berubah, musnah hanyalah soal waktu.*