7 Suku Paling Aneh di Dunia, Dijaga Saja Biar Kehidupan Imbang!

7 Suku Paling Aneh di Dunia, Dijaga Saja Biar Kehidupan Imbang!
Ilustrasi 7 Suku Paling aneh di Dunia/Unspalsh/Mike Swigunski

SastraNusa.id - Dunia tak hanya dihuni oleh kota-kota gemerlap dan teknologi canggih yang terus bergerak tanpa henti. Di balik layar kemajuan yang kamu nikmati hari ini, masih ada kelompok manusia yang seolah enggan menoleh ke arah yang sama. Mereka tidak mengikuti arus. Mereka tidak peduli pada dunia modern. Mereka justru memilih untuk hidup dalam tradisi, dalam ritus, dan dalam batas-batas budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Beberapa suku masih menyimpan rapat pintu kebudayaan mereka. Kamu mungkin tak bisa membayangkan bagaimana rasanya hidup tanpa listrik, tanpa internet, tanpa makanan cepat saji yang bisa dipesan lewat ponsel. 

Tapi bagi mereka, kesederhanaan justru menjadi pondasi kehidupan. Mereka tinggal di pelosok hutan, di padang es, di pegunungan, atau di tepi danau yang tidak terjangkau jaringan dunia. Mereka berburu dengan tombak, memotong kayu dengan pisau batu, dan menari dalam upacara yang tidak pernah kamu saksikan di layar televisi. Berikut 7 suku tersebut:

1. Sentinelese dan Pulau yang Menolak Dunia

Jika kamu berlayar ke arah Kepulauan Andaman di India dan mencoba mendekati Pulau Sentinel Utara, kamu tidak akan disambut dengan senyuman. Sebaliknya, mungkin panah akan menghantammu lebih dulu. 

Suku Sentinelese adalah salah satu komunitas terakhir yang benar-benar menolak segala bentuk kontak dari luar. Mereka hidup tanpa teknologi, tanpa agama luar, tanpa bahasa dunia. 

Mereka bahkan tidak tertarik dengan makanan yang dibawa oleh pengunjung. Mereka percaya pada cara hidup mereka sendiri, dan mereka mempertahankannya dengan gigih.

Pemerintah India bahkan melarang siapa pun untuk masuk ke pulau itu. Bukan karena mereka ingin melindungi dunia dari Sentinelese, melainkan untuk melindungi Sentinelese dari dunia. Mereka dianggap berdaulat. Mereka punya hak untuk menyerang siapa pun yang mencoba mengusik ketenangan mereka.

2. Kazakh dan Keagungan Burung Elang

Bayangkan seorang anak laki-laki berusia tiga belas tahun berjalan melewati bukit-bukit bersalju sambil menggendong seekor elang emas. Di Pegunungan Altai, suku Kazakh masih menjadikan elang sebagai senjata utama dalam berburu. 

Bukan sekadar tradisi, ini adalah pertaruhan martabat. Rubah, marmut, dan serigala menjadi sasaran. Hasil buruan itu tidak hanya dijadikan makanan, tetapi juga bagian dari pakaian dan simbol kekuasaan.

Meski jumlah mereka mencapai seratus ribu orang, hanya segelintir yang masih mempertahankan keahlian berburu dengan elang. Mereka bukan hanya pemburu, mereka adalah penjaga langit yang bersahabat dengan makhluk bersayap dan menjadikannya mitra setia di medan yang beku.

3. Surma dan Luka yang Dianggap Indah

Di Ethiopia, tepatnya di Lembah Omo, kamu akan menemukan tradisi yang membuat mata dunia terpana. Suku Surma memiliki cara sendiri untuk merayakan kedewasaan dan kecantikan. 

Anak laki-laki membuktikan diri lewat duel tradisional yang disebut sagine. Tidak ada kemenangan tanpa luka, dan luka itu bukan sesuatu yang perlu disembunyikan. Luka adalah lambang kekuatan.

Sementara itu, para gadis menghancurkan gigi bawah mereka, lalu meregangkan bibir bawah dengan piring kayu. Proses ini berlangsung bertahun-tahun hingga lempeng tanah liat sebesar mangkuk bisa bertengger dengan anggun di mulut mereka. Semakin besar piringnya, semakin tinggi nilai mahar mereka. Dalam pandangan mereka, itulah lambang kemuliaan.

4. Chukchi dan Keteguhan di Tengah Salju

Di Rusia bagian timur laut, angin salju tidak pernah berhenti berbisik. Di situlah suku Chukchi bertahan hidup. Mereka tinggal di Chukotka, tempat di mana musim dingin bukan hanya musim, melainkan gaya hidup. 

Mereka menolak segala intervensi dari luar, termasuk dari pemerintah yang dulu mencoba menghapus budaya mereka. Tapi mereka tidak tunduk. Mereka tetap menggembala rusa, tetap berpakaian dari kulit binatang, tetap percaya pada roh-roh yang bersemayam dalam kabut beku.

Chukchi adalah contoh dari keteguhan yang membatu. Mereka menunjukkan bahwa tidak semua hal harus berubah hanya karena dunia berubah.

5. Yao dan Ramuan yang Lebih Tua dari Ilmu Kedokteran

Di ujung selatan Danau Malawi, suku Yao memetik daun-daun yang dipercaya bisa menyembuhkan penyakit. Mereka tidak percaya pada laboratorium, tidak percaya pada suntikan, dan tidak percaya pada rumah sakit. Tapi mereka percaya pada tanah. Mereka percaya pada penyembuh yang berjalan kaki berhari-hari untuk mengumpulkan akar, kulit, dan bunga.

Orang Yao percaya bahwa tubuh dan alam harus saling berbicara. Setiap ramuan yang dibuat bukan sekadar obat, tapi juga doa. Dan setiap penyembuh adalah jembatan antara dunia nyata dan dunia roh.

6. Bayaka dan Hilangnya Arah di Hutan

Kamu mungkin tidak pernah mendengar nama Bayaka. Mereka tinggal di pedalaman Afrika dan berjumlah sekitar lima ratus ribu orang. 

Dahulu, para sesepuh bisa berjalan jauh ke dalam hutan dan mengajarkan teknik berburu kepada generasi muda. Tapi hutan kini berubah. Jalan-jalan dibuka, alat-alat berat masuk, dan pohon-pohon tumbang.

Akibatnya, pengetahuan yang dahulu hidup dalam nyanyian dan gerakan tangan, perlahan memudar. Suku Bayaka masih menyimpan warisan itu, tapi sulit bagimu membayangkan berapa lama lagi mereka bisa mempertahankannya.

7. Himba dan Api yang Tak Pernah Padam

Di barat laut Namibia dan bagian selatan Angola, kamu akan melihat api yang tak pernah padam. Itu bukan api biasa. Itu adalah api leluhur. Suku Himba menyalakannya untuk menghormati Mukuru, dewa mereka. 

Mereka hidup di rumah lumpur berbentuk kerucut. Mereka makan dari tangan sendiri. Mereka mengukur kekayaan lewat jumlah sapi. Kambing mereka sembelih, tapi sapi mereka sembah.

Hingga hari ini, antara dua puluh hingga tiga puluh ribu anggota suku Himba masih bertahan. Mereka menghadapi ancaman dari luar, tetapi mereka belum menyerah. Gaya hidup mereka yang sederhana adalah pilihan sadar. Dan pilihan itu menjadi benteng terakhir dari tradisi yang kini mulai dilupakan.

Menjaga yang Aneh agar Tetap Ada

Kamu mungkin menganggap semua suku ini aneh. Tapi keanehan mereka adalah bentuk keberanian. Di tengah dunia yang menuntut keseragaman, mereka memilih untuk berbeda. Mereka menunjukkan bahwa hidup tidak hanya soal kenyamanan, tapi juga tentang warisan. Mereka menolak dilupakan.

Mereka tidak butuh popularitas. Mereka hanya ingin bertahan sebagai diri sendiri. Mungkin justru dari mereka, kamu bisa belajar arti sesungguhnya dari menjadi manusia.*

Tags:
TRADISI
Link copied to clipboard.