![]() |
Ilustrasi cinta di tengah malam/Pixabay/fotodigitalmunios |
SastraNusa.id - Di berbagai belahan dunia, budaya membentuk identitas sebuah komunitas. Setiap kebudayaan menyimpan kekayaan tradisi yang menakjubkan, namun tak jarang juga membuat dahi mengernyit. Beberapa di antaranya terdengar menawan, tapi ada juga yang sangat aneh, bahkan ekstrem. Tradisi-tradisi ini adalah warisan yang sering kali dianggap sakral, meski oleh mata luar mungkin terlihat kontroversial atau bahkan mengerikan.
Berikut ini adalah beberapa tradisi paling aneh yang masih dijalankan hingga kini. Siap-siap merasa takjub sekaligus terheran-heran.
1. Berburu Cinta di Tengah Malam – Bhutan
Di wilayah timur Bhutan, ada sebuah tradisi kuno bernama Bomena. Ini bukan sekadar kunjungan malam biasa. Para pria muda berkelana di malam hari untuk masuk diam-diam ke kamar para gadis yang belum menikah. Tujuannya? Menjalin hubungan atau bahkan menemukan calon istri.
Namun, jika ketahuan, si pria bisa dikenai “hukuman sosial”: menikahi gadis tersebut atau bekerja di ladang keluarganya. Tradisi ini kini semakin diperdebatkan, karena sering melibatkan pelanggaran privasi dan bahkan tindak pelecehan terhadap perempuan.
2. Ujian Kejantanan dengan Sarung Tangan Semut – Suku Satere-Mawe
Bayangkan harus memasukkan tanganmu ke dalam sarung tangan berisi semut peluru (salah satu makhluk paling menyakitkan di bumi). Itulah yang dilakukan oleh para pemuda Suku Satere-Mawe di Amazon.
Setelah dibius sementara oleh dukun, semut dimasukkan ke sarung tangan anyaman. Anak laki-laki yang sedang menjalani ritual kedewasaan harus mengenakannya sambil menari selama 10 menit. Rasa sakitnya digambarkan setara dengan terkena peluru sungguhan. Hal ini bukan hanya sekali, melainkan, ritual ini harus dijalani 20 kali seumur hidup mereka.
3. Thaipusam: Antara Iman dan Rasa Sakit
Festival Thaipusam adalah bentuk ibadah penuh pengorbanan oleh umat Hindu di India Selatan dan Asia Tenggara. Dalam kondisi trance, para penyembah menusukkan benda tajam ke tubuh mereka, mulai dari pipi, lidah, hingga punggung.
Beberapa bahkan menarik kereta berat menggunakan kait yang menancap di kulit mereka. Ini adalah bentuk ekspresi spiritual, pengabdian, dan pencucian dosa yang tidak semua orang sanggup menjalaninya.
4. Dilarang Buang Air Setelah Menikah – Tidong, Indonesia
Kamu mungkin belum pernah membayangkan bahwa pergi ke kamar mandi bisa membawa sial. Tapi bagi komunitas Tidong di Kalimantan Utara, pasangan pengantin dilarang menggunakan kamar kecil selama tiga hari setelah menikah.
Mereka diawasi oleh keluarga agar tidak diam-diam melanggar aturan ini. Konon, melanggarnya bisa membawa nasib buruk seperti kematian anak atau rumah tangga yang tidak harmonis. Sebuah ujian pernikahan yang tak biasa, bukan?
5. Festival Penis – Jepang
Di Kawasaki, Jepang, ada sebuah festival tahunan bernama Kanamara Matsuri yang akan membuatmu terbelalak. Patung penis raksasa diarak di jalan-jalan, lengkap dengan hiasan berwarna cerah dan perayaan penuh kegembiraan.
Legenda di baliknya adalah tentang iblis wanita dengan gigi di vaginanya yang membunuh pria saat berhubungan. Seorang pendeta akhirnya menghancurkan iblis itu dengan penis besi. Kini, festival ini juga menjadi momen doa untuk kesuburan dan perlindungan dari penyakit menular seksual.
6. Memakan Abu Orang Mati – Suku Yanomami
Berduka dengan cara berbeda, suku Yanomami di perbatasan Brasil dan Venezuela percaya bahwa tubuh orang yang meninggal tidak boleh dibiarkan utuh. Setelah kremasi, abu dan tulangnya dicampur ke dalam sup pisang raja dan diminum oleh keluarga.
Tujuannya? Agar jiwa orang yang meninggal hidup di dalam diri mereka yang masih hidup. Tradisi ini menunjukkan cara unik suku tersebut memaknai kehidupan dan kematian.
7. Menghidupkan Kembali Leluhur – Famadihana, Madagaskar
Di dataran tinggi Madagaskar, kematian bukan akhir, melainkan momen untuk berkumpul kembali. Tradisi Famadihana atau "menghidupkan kembali orang mati" dilakukan setiap beberapa tahun sekali.
Keluarga menggali tulang-belulang leluhur, membungkusnya dengan kain baru, lalu menari dan berpesta diiringi musik akordeon. Momen ini dianggap sakral sekaligus meriah, sebagai cara untuk menunjukkan cinta dan penghormatan pada leluhur.
8. Melempar Balita dari Atap – India
Beberapa komunitas di India pernah melakukan tradisi ekstrem: melempar balita dari atap kuil setinggi 15-30 kaki. Bayi tersebut kemudian ditangkap menggunakan selimut yang dibentangkan oleh para penyembah.
Tradisi ini dianggap membawa keberuntungan dan kesehatan untuk anak. Namun, tentu saja praktik ini menuai protes keras hingga akhirnya dilarang secara resmi pada tahun 2011.
9. Kontes Kecantikan Pria – Festival Gerewol
Jika biasanya wanita yang harus tampil menawan untuk memikat hati, suku Wodaabe di Afrika justru membalik peran. Dalam Festival Gerewol, para pria berdandan maksimal, mengenakan make-up mencolok dan pakaian terbaik mereka.
Mereka menari dalam kompetisi yang disebut Yaake untuk menarik perhatian para wanita. Pemenangnya? Pria yang paling tampan dan paling piawai menari.
Beginikah Nalar?
Apa yang kamu anggap aneh bisa jadi adalah hal paling normal bagi orang lain. Tradisi-tradisi ini mengajarkan kamu bahwa dunia ini luas dan penuh keanekaragaman. Meski beberapa di antaranya sulit diterima secara moral atau bahkan membahayakan, mereka tetap bagian dari realitas budaya yang kompleks.
Apakah semua tradisi harus dipertahankan? Atau sudah saatnya mengevaluasi kembali mana yang masih layak dijalankan? Pilihan itu kini menjadi tantangan bersama antara pelestarian budaya dan perlindungan hak asasi manusia.*