![]() |
Foto bersama perwakilan juri saat pemberian hadiah kepada pemenang/SastraNusa.id/doc. |
SastraNusa.id, Gresik - Yayasan Baituzzahid di Banyutengah berubah menjadi lautan warna dan semangat pada tanggal 2 Juni 2025. Seribu peserta dari berbagai taman kanak-kanak di wilayah Kecamatan Panceng berkumpul dengan tawa, sorak sorai, dan semangat yang menyala. Semua itu tersaji dalam peringatan Hari Anak Nasional yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia (IGTKI) Panceng. Acara ini bukan sekadar selebrasi, tetapi menjadi ruang untuk menanamkan nilai-nilai luhur kepada anak-anak sejak dini.
Pagi itu, halaman yayasan dipenuhi raut wajah bahagia. Anak-anak datang dengan kostum yang ceria, guru-guru tersenyum penuh harapan, dan orang tua mengamati dari kejauhan dengan bangga. Kegiatan ini bukan hanya menjadi peringatan rutin, tapi sudah menjelma menjadi ajang belajar dan bertumbuh bersama.
Ada semacam energi positif yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Rangkaian acara yang dirancang begitu apik, menyatukan semua unsur dalam pendidikan anak usia dini. Dari lomba-lomba yang mendidik hingga pesan-pesan moral yang disampaikan oleh para tokoh, semuanya membaur dalam satu harmoni yang menggetarkan hati.
Rangkaian Lomba yang Penuh Arti
![]() |
foto bersama pasca lomba/Doc. Panitia (IGTKI Panceng) |
Lomba bukan sekadar kompetisi. Di balik setiap langkah kecil yang diambil anak-anak dalam lomba lari halang rintang, terselip keberanian untuk mencoba dan semangat pantang menyerah. Saat mereka menari, meski di ajang lomba, bukan hanya tubuh yang bergerak, tapi jiwa mereka juga belajar mengekspresikan rasa. Di lomba bercerita, keberanian untuk tampil di depan umum tumbuh secara alami.
Ada pula lomba 3M (menggunting, melipat, menempel) yang melatih koordinasi tangan dan mata, juga ketelitian. Semua kegiatan ini dirancang dengan cinta. Setiap sudut kegiatan mengajak anak-anak belajar tanpa tekanan, mengeksplorasi potensi dalam balutan permainan yang menyenangkan.
Para juri yang hadir pun tidak sembarangan. Mereka datang dengan pengalaman dan dedikasi, sehingga kegiatan berjalan dengan lancar.
Pesan dan Harapan yang Mengakar
![]() |
Camat Panceng (Sampuno) saat memberikan sambutan/doc. panitia HAN Panceng |
Camat Panceng, yakni Sampurno, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya. Baginya, kegiatan tersebut bukan hanya sukses karena teknis yang lancar, tapi lebih karena tujuannya yang mulia. Anak-anak, katanya, harus terus diarahkan dengan nilai-nilai yang luhur. Unggah-ungguh, atau tata krama, harus tetap menjadi jiwa dari generasi penerus.
Pesan itu menjadi pengingat bahwa di tengah perkembangan zaman, pendidikan karakter tidak boleh ditinggalkan. Anak-anak perlu disentuh dengan nilai moral, bukan hanya dibekali keterampilan teknis.
Di samping itu, Ketua IGTKI Panceng Hj. Maslahah juga mengutarakan hal yang sama. Yakni, pendidikan karakter menurutnya bukan sesuatu yang abstrak. Nilai-nilai tersebut bisa tumbuh dari cara guru mengajar, dari bagaimana orang tua mencontohkan, hingga dari kegiatan kecil seperti lomba menempel kertas. Dalam pandangannya, guru TK bukan sekadar pengajar, tapi penanam nilai.
"Guru TK bermartabat, maka anak Indonesia akan hebat," ujarnya penuh semangat.
Pendidikan Usia Dini adalah Pondasi Bangsa
Kegiatan ini mempertegas satu hal, yaitu, pendidikan anak usia dini bukan sekadar tahap awal. Periode ini adalah fondasi. Di masa ini, karakter dibentuk, kecerdasan emosional diasah, dan rasa ingin tahu diarahkan ke jalan yang tepat. Melalui kegiatan seperti peringatan HAN, setiap anak diberi kesempatan untuk tampil, merasakan sorotan, dan merayakan keberanian kecil yang berarti besar untuk masa depannya.
Bukan hanya anak-anak yang belajar, tapi juga orang dewasa. Guru belajar memahami cara pendekatan yang menyentuh hati anak. Orang tua belajar memberi ruang eksplorasi bagi buah hatinya. Dan masyarakat belajar bahwa investasi terbesar ada pada anak-anak yang sekarang mungkin masih mengeja huruf, namun kelak bisa mengeja masa depan bangsa.
Panggung Ceria untuk Masa Depan Cerah
Yayasan Baituzzahid menjadi saksi perjalanan kecil yang kelak bisa jadi cerita besar. Suasana yang tercipta pada tanggal 2 Juni 2025 tidak hanya memberi kenangan, tapi juga membuka harapan. Harapan bahwa anak-anak Panceng bisa tumbuh dengan karakter yang kuat, kemampuan yang tajam, dan empati yang dalam.
Hari Anak Nasional di Banyutengah bukan sekadar peringatan. Momen ini menjadi bukti bahwa saat anak diberi ruang untuk tumbuh dan bersinar, masa depan pun akan ikut bersinar. Maka, biarkan anak-anak terus menari, bercerita, berlari, dan menempel harapan-harapan mereka di dinding waktu, sementara kamu yang dewasa, cukup berdiri di belakang mereka, memberi sorak paling lantang dan pelukan paling hangat.*