Harga Bibit Tembakau Sampang Melonjak, Petani Terjepit Modal
Harga Bibit Tembakau Sampang Melonjak, Petani Terjepit Modal (Ilustrasi)
SastraNusa.id, Sampang– Harga bibit tembakau Madura di Kabupaten Sampang naik drastis hingga menyentuh angka Rp110 ribu per seribu biji. Kondisi ini mengejutkan banyak petani, terlebih mereka yang sudah bersiap memasuki musim tanam tahun ini dengan harapan hasil panen lebih baik dari tahun sebelumnya.
Lonjakan harga tersebut terasa mencolok dibanding tahun lalu yang hanya berkisar antara Rp65 ribu sampai Rp80 ribu setiap seribu biji. Banyak petani mengaku kebingungan karena modal tanam melonjak.
Pantauan di beberapa kecamatan penghasil tembakau seperti Robatal, Torjun, Jrengik dan Kedungdung menunjukkan bahwa para petani sedang menghadapi dilema. Mereka tetap ingin menanam tembakau karena komoditas ini menjadi tumpuan ekonomi, tetapi harga bibit yang tinggi membuat langkah awal terasa berat.
Bibit Langka, Permintaan Meningkat Tajam
Salah seorang petani yang enggan disebut namanya menjelaskan, bahwa kelangkaan bibit unggul menjadi penyebab utama lonjakan harga. Apalgi permintaan meningkat drastis sejak akhir Juni lalu, terutama setelah musim tanam padi selesai dan banyak lahan kembali siap ditanami tembakau.
"Tembakau Madura terutama dari Sampang dikenal memiliki aroma khas yang disukai oleh industri rokok kelas menengah ke atas. Jadi tidak heran apabila para petani tetap berusaha mendapatkan bibit terbaik meski harus merogoh kocek lebih dalam," ujarnya, Kamis (24/7/25).
Dia membeberkan, stok temabakau selalu habis sebelum satu minggu. Hal itu lantaran permintaan tahun ini naik hampir dua kali lipat dibanding tahun lalu.
“Banyak petani dari luar kecamatan juga datang ke sini. Mereka cari bibit Madura asli yang kualitasnya bagus,” ungkapnya.
Petani Kecil Terjepit, Modal Jadi Beban Berat
Dikaakan, kondisi semacam ini semakin menyulitkan petani kecil yang tidak memiliki cadangan modal cukup. Beberapa di antara mereka terpaksa meminjam uang demi bisa membeli bibit.
"Apabila tidak menanam sekarang, kami khawatir kehilangan momentum musim tembakau yang hanya datang sekali dalam setahun," imbuhnya.
Tak hanya itu, dia juga menceritakan temannya (Petani lainnya) yang harus membeli bibit dengan sistem cicilan. Waktu itu, temannya itu hanya mampu membeli dua ribu biji bibit dengan harga Rp220 ribu, padahal lahannya membutuhkan setidaknya lima ribu bibit untuk satu musim tanam.
“Kalau tidak mulai tanam, sawah kosong. Tapi beli bibit segitu mahalnya, kadang bingung juga. Belum beli pupuk, belum sewa traktor. Semua naik,” singkapnya.
Pemerintah Perlu Turun Tangan
Salah satu Tokoh Pemuda Sampang yang juga tidak ingin disebut Namanya menuturkan, pemerintah daerah seharusnya lebih cepat mengantisipasi kondisi ini. Hal ini perlu ada intervensi harga maupun distribusi bibit agar tidak terjadi spekulasi pasar. Apalagi bibit termasuk pondasi awal, dan jika dibiarkan mahal, maka hasil akhir pun akan ikut terdampak.
Ia juga mendorong, agar Dinas Pertanian Sampang segera menyalurkan bantuan bibit kepada kelompok tani secara merata, bukan hanya kepada kelompok tertentu. Selama ini bantuan yang ada dinilai tidak mencukupi kebutuhan petani dalam skala besar.
"Seharusnya peran koperasi tani diperkuat agar distribusi bibit tidak bergantung pada tengkulak atau pengepul besar. Dengan pengawasan harga dari pemerintah dan keterlibatan koperasi, petani bisa mendapatkan harga yang lebih adil dan stabil," tambahnya.
Catatan Redaksi:
Jika kondisi ini terus berlangsung tanpa solusi konkret, bukan tidak mungkin jumlah lahan tembakau akan berkurang drastis. Para petani yang tak sanggup menanam akan terpaksa mengalihkan lahannya untuk komoditas lain yang lebih murah secara modal seperti kacang, kacang hijau, dan jagung.
Penurunan luas tanam tembakau tentu akan berdampak pada jumlah produksi secara keseluruhan. Ini bisa memicu kenaikan harga tembakau Madura di pasar nasional dan mengganggu rantai pasok industri tembakau dalam negeri yang sebagian besar bergantung pada pasokan dari Madura.
Kenaikan harga bibit tembakau Madura di Sampang hingga Rp110 ribu per seribu biji telah menciptakan kekhawatiran di kalangan petani. Pemerintah daerah bersama stakeholder terkait perlu segera mengambil langkah taktis agar distribusi bibit lebih merata dan harga bisa dikendalikan. Jika tidak, ancaman gagal tanam dan penurunan produksi tembakau Madura tak bisa dihindari.*
Tidak ada komentar untuk " Harga Bibit Tembakau Sampang Melonjak, Petani Terjepit Modal"