SN TOP

Mulodhen di Sampang Ekspresi Cinta Nabi, Tradisi Eksis Sepanjang Sejarah Madura

Mulodhen di Sampang Ekspresi Cinta Nabi, Tradisi Eksis Sepanjang Sejarah Madura
Mulodhen di Sampang Ekspresi Cinta Nabi, Tradisi Eksis Sepanjang Sejarah Madura (Ilustrasi) 

SASTRANUSA.ID, SAMPANG - Suasana bulan Rabiul Awal di Sampang Madura selalu berbeda dibanding bulan-bulan lainnya. Jalanan desa hingga kota menjadi lebih hidup karena masyarakat tengah sibuk menggelar perayaan Muludhen atau Molodhen. Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun dan masih dijaga hingga sekarang.

Warga Sampang merayakan Muludhen hampir sepanjang bulan Rabiul Awal. Setiap rumah, masjid, dan musala bergiliran mengadakan acara maulid dengan nuansa hangat. Meskipun waktunya berbeda-beda, namun esensi kebersamaan dan doa tetap menjadi inti dari setiap perayaan.

Tradisi ini tidak hanya memunculkan aroma kuliner khas, tetapi juga menebarkan semangat silaturahmi. Makanan yang disajikan, doa yang dipanjatkan, hingga bingkisan yang dibawa pulang menjadi simbol kepedulian dan kebersamaan masyarakat Madura.

Sajian dan Berkat yang Selalu Dinanti

Dalam Muludhen, sajian makanan menjadi bagian penting. Diatas hambal yang tergelar di rumah warga biasanya penuh dengan buah, kue, dan lauk-pauk yang beraneka ragam. Selain itu, terdapat salabhat atau uang sedekah yang kadang kala dibagikan kepada tamu yang hadir oleh sohibul hajat.

Setiap keluarga memiliki caranya sendiri dalam mengadakan perayaan. Ada yang menggelar dengan sederhana, ada pula yang lebih meriah. Namun satu hal yang selalu sama, tamu undangan tidak pernah pulang dengan tangan kosong karena disediakan berkat atau bingkisan makanan.

Menurut seorang tokoh Adat Sampang, Samsul,  tradisi ini bukan sekadar makan bersama. Melainkan, ungkapan syukur dan ekspresi masyarakat dalam mencintai nabi.

“Muludhen itu lebih dari sekadar jamuan. Ini juga cara orang Madura menjaga tali silaturahmi sekaligus berbagi rezeki kepada sesama,” ujarnya.

Makna Religius di Balik Perayaan

Mulodhen di Sampang Ekspresi Cinta Nabi, Tradisi Eksis Sepanjang Sejarah Madura (Ilustrasi) 

Selain bernuansa sosial, Muludhen memiliki makna religius yang kuat. Doa-doa dan lantunan shalawat selalu mengiringi setiap prosesi. Masyarakat mengekspresikan rasa cinta dan syukur kepada Nabi Muhammad SAW melalui perayaan yang penuh kekhidmatan ini.

Shalawat dan doa biasanya dipimpin oleh tokoh agama setempat. Kadang juga, hadirin mendengarkan ceramah singkat tentang sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Momentum tersebut tentu menjadi ruang edukasi spiritual bagi generasi muda agar semakin mengenal sosok Rasulullah.

Bagi masyarakat Sampang perayaan ini membawa pesan ketaatan. Apalagi Muludhen termasuk bentuk rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Artinya lewat doa dan shalawat, masyarakat saling mengajak untuk meneladani akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari.

Ajang Silaturahmi dan Mudik Keluarga

Tradisi ini juga punya makna sosial yang dalam. Momen berkumpul dalam acara maulid menjadi kesempatan mempererat hubungan keluarga, tetangga, hingga kerabat jauh. Bahkan banyak perantau yang sengaja pulang kampung untuk ikut serta.

Di sejumlah desa, rumah-rumah warga menjadi titik kumpul yang ramai. Acara dimulai dengan doa bersama, lalu dilanjutkan dengan jamuan makanan. Kehangatan tersebut menciptakan suasana kekeluargaan yang jarang ditemukan di luar bulan Muludhen.

Artinya dengan adanya maulid di Madura, bisa mendatangkan saudara yang jauh. Tentang hal ini seperti lebaran, yakni bisa berkumpul dengan keluarga.

Fungsi Budaya yang Terus Hidup

Muludhen tidak hanya sebatas ritual keagamaan, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya Madura. Tentu itu benar, apalagi perayaan semacam ini menjaga kearifan lokal sekaligus melahirkan tradisi mudik yang dinanti masyarakat. Serta bagi sebagian orang, Muludhen tidak kalah penting daripada perayaan lainnya.

Dalam praktiknya, tradisi ini terus mengalami adaptasi. Generasi muda kini ikut aktif terlibat, baik dalam mempersiapkan acara maupun mendokumentasikan kegiatan. Hal ini menunjukkan bahwa Muludhen masih relevan di tengah perubahan zaman.

Tentu ini menjadi bukti kuatnya budaya religius masyarakat Madura. Tidak hanya menjaga spiritualitas, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan.

Maulid di Madura Berdampak pada Ekonomi

Di balik makna religius dan sosial, Muludhen juga memberikan dampak ekonomi yang cukup signifikan. Pasar tradisional hingga pedagang kecil merasakan lonjakan permintaan menjelang dan selama perayaan.

Makanan, bahan pokok, hingga peralatan untuk hajatan laris manis. Kondisi ini membuat roda perekonomian lokal bergerak lebih cepat. Para pedagang kue, buah, dan kebutuhan dapur mendapat keuntungan lebih besar dibanding hari biasa.

Para pedagang pasar di Sampang tantu akan bersyukur saat musim Muludhen tiba. Kok gitu? Ya ding, karena dagangan mereka cepat habis. Banyak orang beli buah, beras, dan lauk untuk acara. Dengan begitu bisa dijastiskan bahwa rezeki mereka juga ikut meningkat.

Warisan yang Menyatukan

Muludhen di Sampang adalah tradisi yang memadukan nilai religius, sosial, budaya, hingga ekonomi. Setiap keluarga yang terlibat merasakan manfaat berbeda, namun semuanya bermuara pada satu hal, yakni kebersamaan.

Keunikan perayaan ini membuatnya tetap bertahan hingga sekarang. Meski zaman terus berubah, masyarakat Sampang tetap menjaga tradisi yang diwariskan oleh leluhur. Dari doa hingga bingkisan, semua menjadi bagian dari identitas Madura yang penuh makna.

Muludhen bukan hanya perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi juga momen untuk menguatkan solidaritas sosial. Dengan tradisi ini, masyarakat Sampang menunjukkan bahwa agama, budaya, dan ekonomi bisa berjalan beriringan dalam satu perayaan.*

Penulis: Aryo Helap